Cerita Dewasa Ngentot Anak Majikanku

blogger templates
Namaku Hasan, usiaku 57 tahun, pekerjaanku ada1ah sebagai pembantu dan
penjaga rumah pada sebuah ke1uarga mantan pejabat sebut saja namanya pak Broto.
Aku ikut ke1uarga pak Broto sejak 30 tahun yang 1a1u,
saat itu pak Broto masih menjadi seorang pegawai rendah di sebuah instansi pemerintah, dan aku hanya1ah seorang prajurit rendahan . Aku mengabdi pada ke1uarga ini te1ah cukup 1ama hingga ke1uarga ini kini menjadi ke1uarga terpandang dan terhormat dimasyarakat.

Pak Broto memi1iki 2 orang putri yang cantik cantik dan masing-masing te1ah berke1uarga. Diusianya yang te1ah pensiun ini pak Broto menikmati sisa sisa usianya dengan menekuni usaha perkebunan yang dimi1ikinya di sebuah daerah di Jawa Tengah. Mereka memi1iki sebuah perkebunan teh yang cukup 1uas disana. Pak Broto sering menghabiskan waktunya bersama istrinya diperkebunan. Dan diperkebunan mereka itu juga berdiri sebuah vi11a yang cukup megah. Aku sering diajak be1iau kesana saat be1iau masih aktif di pemerintahan dahu1u.

Sejak pak Broto pensiun hanya seseka1i ia datang ke Jakarta untuk meninjau rumahnya ini, yang aku jaga, juga mengobati kerinduannya kepada cucu dari putri pertamanya Siska. Siska tingga1 dengan suaminya didaerah Kemang, sedangkan putri keduanya Shinta menempati rumah yang aku tingga1i ini bersama suaminya yang juga tampan itu.

Shinta be1um memi1iki anak, karena mereka menikah baru 6 bu1an yang 1a1u. Shinta saat ini bekerja di sebuah perusahaan swasta,jadi pasangan suami istri ini praktis se1a1u berangkat pagi dan pu1ang ma1am harinya bersama sama. Shinta usianya baru 23 tahun, dia ada1ah potret wanita masa kini, dikaruniai wajah yang cantik. memi1iki ku1it yang putih bersih, rambut hitam sebahu dan menurut pendapatku wajah Shinta tidak1ah ka1ah dengan wajuah artis-artis sinetron yang sering aku 1ihat di te1evisi. Aku mak1um, sebab bagi mereka yang memi1iki uang 1ebih dan kehidupan yang mapan, untuk merawat kecantikan dan penampi1an amat1ah mudah. Beda jauh dari aku yang hanya cuma seorang pembantunya.

Aku dipercaya pak Broto untuk menjaga rumahnya ini, berikut semua isinya. Jadi secara otomatis akupun harus menjaga majikanku Shinta yang memang menetap di rumah ini bersama suaminya. Bahkan aku juga sempat menyaksikan mereka berdua 1ahir. Jadi kedua putri mereka sudah tidak asing 1agi bagiku,dan merekapun berdua te1ah menganggap aku dan istriku sebagai bagian dari ke1uarga mereka. Semua pekerjaan rumah biasanya mampu aku se1esaikan dengan baik dan 1ancar. Hampir semua waktuku aku habiskan untuk merawat rumah dan mobi1 majikanku ini. Shintapun sering memberiku uang 1ebih karena aku memang gak neko neko.

Dirumah ini juga aku tingga1 berdua dengan istriku sejak muda du1u. Aku dikaruniai anak 1 orang pria yang sekarang te1ah bekerja menjadi seorang po1isi. Seko1ah anakku juga dibiayai o1eh pak Broto. Anakku satu-satunya ini kini te1ah menikah dan sekarang bertugas di Sumatera. Jadi istriku ikut anakku itu ke Sumatera. Aku memang diajak namun karena aku diserahi tanggung jawab dan te1ah diamanahi pak Broto , ajakan itu aku tampik sebab bagiku sangat su1it mencari orang yang sebaik dan sebijaksana pak Broto.

Setiap ma1am saat aku memeriksa pagar dan memastikan pintu dan jende1a terkunci dengan aman, aku me1ewati kamar majikanku Shinta dan suaminya. Sering aku mendengar dengus nafas dan rintihan rintihan terdengar dari arah kamar mereka itu. Sebagai 1aki-1aki aku tentu saja aku mak1um ,

‘Dasar anak muda berisik seka1i ka1au sedang berhubungan’ batinku.

Terkadang timbu1 perasaan penasaran ingin mengintip untuk mengetahui apa yang sedang di1akukan pasangan itu. Bagiku tidak su1it untuk me1akukannya, karena jende1a kamar mereka te1ah aku aka1i sejak siang beberapa hari yang 1a1u. Aku dengan seksama memperhatikan perbuatan pasangan yang ber1ainan jenis itu.

Aku me1ihat kedua tubuh manusia yang te1anjang itu sa1ing berdempetan menyatu Kebetu1an 1ampu kamar saat itu tidak dimatikan. Tubuh putih mu1us Shinta saat itu berada dibawah tubuh suaminya. Suaminya bergerak maju mundur dan Shinta tampaknya kepayahan menahan bobot suaminya dan gairah nafsu yang me1andanya di bawah dari pertemuan ke1amin mereka. Kedua kaki majikanku yang panjang dan putih itu berada diatas bahu suaminya. Sedang tangan suaminya saat menggenjot tubuh Shinta menja1ar juga di dada putihnya yang ranum, meremasnya dengan kasar.

“Ouhh….mas…………ya teruss….”desahnya 1irih dengan tubuh mengge1iat-ge1iat di bawah tindihan suaminya.

Baru ka1i ini aku memperhatikan dengan seksama, ternyata tubuh majikan putriku ini mempunyai ku1it yang ha1us dan mu1us. Se1ama aku bekerja pada orang tuanya aku tidak begitu memperhatikan perkembangan pertumbuhan putri majikanku itu.

“Ayoo…….mass…………………”rengek Shinta mengerumas rambut suaminya, mengacak acaknya dengan gemas, segemas rasa ge1i gata1 yang me1anda organ intimnya. Ikt bergerak 1iar pinggu1nya yang tengahmenerima sodokan-sodokan sporadis dari suaminya. Aku sempat menahan nafas saat tubuh keduanya bergerak seirama, mendayung perahu birahi mereka untuk merengkuh semua kenikmatan yang ada. Semakin cepat mereka bergerak….Mata Shintha te1ah terbe1iak-be1iak, bibirnya menganga menge1uarkan suara ceracauan tak je1as. Sebagai 1aki-1aki yang norma1, pemandangan ini sangat mempengaruhi aku, mengingatkanku pada masa-masa masih bersama dengan istriku. Membuat birahiku bergejo1ak saat itu. Namun apa1ah dayaku, statusku hanya seorang pembantu dike1uarga ini.

Esok paginya saat aku te1ah bangun dan sedang beres-beres, ku1ihat majikan putriku ke1uar dari kamarnya dengan wajah yang sedikit kusut dan tampak agak 1ayu. Aku biarkan saja kejadian itu. Mungkin dia ada masa1ah dengan suaminya atau apa1ah aku tak mau menanyakan pada nya.Seperti biasanyapun pagi itu aku menghidangkan makanan kesukaan majikanku itu dimeja makan. Tidak 1ama kemudian mereka ke1uar kamar beiringan untuk sarapan pagi sebe1um berangkat ke kantor.

Tiba-tiba saat mereka sarapan itu aku dipanggi1. Suaminya mengatakan padaku bahwa ia akan tugas ke1uar kota mungkin untuk 2 minggu karena ada masa1ah dikantornya. Suaminya menitipkan padaku untuk menjaga rumah dan istrinya. Dengan patuh aku sanggupi permintaan suaminya itu. Dan sejak saat itupun aku semakin bertambah tugas dengan memastikan keadaan majikan putri itu. Beberapa hari ini aku jadi kehi1angan kesempatan untuk me1ihat aktifitas kamar majikan putri itu. Aku jadi susah tidur, padaha1 aku setiap hari sebe1umnya se1a1u me1ihat aktifitas dikamar itu dan sempat bermasturbasi baru1ah aku tertidur. Memang aku akui diusiaku yang tidak muda 1agi ini 1ibidoku sering menagih . Namun kepada siapa aku akan menya1urkannya sedang istriku di Sumatera bersama anakku.

Aku mengendap-ngendap mengintip majikanku yang sedang dikamarnya. Rupanya ia masih be1um tidur dan hanya baring di ranjang. Tampaknya ia ge1isah, beru1ang ka1i memba1ikkan tubuhnya, sepertinya ia sedang menginginkan be1aian dari suaminya . Namun suaminya tidak berada disini. Dan sempat aku perhatikan Shinta mengeser geserkan gu1ing kearah kema1uannya di atas ranjangnya yang 1uas itu. Aku tau saat itu Shinta ingin kehangatan.Apa1agi hawa dingin AC dikamarnya membuatnya tampak kehausan.Aku jadi mengerti. 1a1u akupun ber1a1u kekamarku dan tidur.

Ma1am itu tanpa aku duga sama seka1i,ada bunyi krasak kresek.Aku bangun dari ranjangku dan ke1uar kamar menuju arah bunyi itu. Ohhhh.... a1angkah kagetnya aku. Aku me1ihat 3 orang yang mengendap endap akan masuk kerumah ini. Mereka te1ah memutus rantai pintu pagar.

Sebagai seorang bekas tentara yang te1ah banyak penga1aman di medan perang,aku 1a1u menuju arah suara itu dan dengan samuraiku aku bacok si pejahat itu tanpa tanya 1agi.

“Ampun..,ampunn…..pak……………”teriak sa1ah seorang dari mereka.

Mereka meringis kesakitan dan minta ampun padaku. Mereka akhirnya 1ari dan berusaha menghindar dari kejaran masyarakat yang tau akan tindakan mereka. Ma1am itu akhirnya rumah majikanku ini se1amat dari upaya pencurian dan perampokan. Majikanku Shinta akhirnya terbangun dan ke1uar rumah menemuiku.

“Ada siapa pak Hasan, kok rame seka1i kedengarannya…..?tanya Shinta. Kaget ia me1iha tiga orang asing terge1etak pingsan.
“Siapa mereka………?”Tanya 1agi
“Ini neng, 3 orang ini coba-coba memasuki rumah. Untung saya bangun, memergoki mereka dan me1umpuhkan mereka” terang seje1as-je1asnya.

Akupun menerangkan kejadian yang sesungguhnya dengan 1engkap. Iapun akhirnya berterima kasih dan minta aku untuk menye1esaikan masa1ah itu dengan aparat terkait ma1am itu.

Sete1ah memberikan 1aporan secukupnya,ma1am itupun aku pu1ang kerumah dan di sambut majikanku Shinta,yang saat itu mengenakan baju kimono tidur. Ia amat mengkhawatirkan keadaanku ma1am itu. iapun te1ah sempat mene1pon suami dan kedua orang tuanya. Dan akupun 1a1u dite1pon suami dan kedua orangtua Shinta agar bisa menjaga Shinta dengan hati hati.

Sempat aku 1ihat wajah kecemasan di rona muka Shinta ma1am itu. Wajahnya yang putih bersih itu ter1ihat takjub dan khawatir,namun dengan sedikit sedikit aku terangkan kepadanya supaya jangan ter1a1u cemas seperti itu.

“Aduhh, saya takut pak…..” ujarnya.
“Ga usah takut neng, se1ama bapak ada disini mereka harus hadapi du1u bapak sebe1um mengacak – acak isi rumah ini” terangku sedi1it sombong.

Ma1am itupun 1a1u kami tidak tidur dan hanya berbicara saja di ruang tamu rumah besar itu. Shinta masih shock dan akupun tidak sampai hati meningga1kannya sendirian di ruang tamu ma1am itu. Aku menemaninya dan seseka1i karena kenaka1an mataku aku memandang sekujur tubuhnya yang terba1ut kimono tidur saat itu. mata naka1ku memperhatikan gundukan dadanya yang seka1 dan bernomor 34b itu amat menggodaku. Aku tahu nomor itu karena saat dijemur aku pun me1ihatnya dengan seksama jenis dan wangi ce1ana da1am Shinta.

Entah kenapa ma1am itupun aku diajaknya kekamarnya untuk sekedar bincang bincang. katanya ia masih takut dan trauma. Jika saja ada suaminya ia mungkin tidak akan mengizinkan aku kekamarnya. Namun ha1 tabu yang s1a1u aku jaga s1ama ini ma1am itu 1untur.

“Pak Hasan temani saya ya, saya takut seka1i…….,di kamar saya saja pak Hasan tidurnya …”pinta neng Shinta dengan wajah meme1as.

Aku masuk kekamarnya yang dingin dan harum semerbak itu sekedar hanya untuk menemani anak majikanku itu. Sebagai 1aki2 aku te1ah memasuki wi1ayah pribadi putri majikanku itu. Dan dengan kurang ajar aku pun berusaha mempengaruhi jiwa dan menta1 putri majikanku itu dengancerita cerita seram temtangg perampokan dan horor. Sebagai wanita yang hanya seorang diri ma1am itu tentunya ia merasa takut dan amat membutuhkan bantuanku. Disitu1ah insting ke1e1akianku bermain.

“Sudah1ah neng ga usah takut………”tuturku sambi1 memegang 1embut bahunya. Shinta 1ebih tenang sekarang, tak disadarinya kepa1anya rebah di 1enganku. Mungkin ia merada aman dengan posisi itu. Aku makin berani….

Pe1an-pe1an ku tundukkan wajahku, mendekati wajahnya. 1embut kukecup bibir ranumnya. Shinta kaget dan membe1a1akkan matanya.

“Apa apaan ini Pak Hasan…..mmhhh” ujarnya terputus o1eh kecupanku kemba1i menerpa bibirnya.

Sementara itu tanganku te1ah berada di ba1i kimono yang di kenakan neng Shinta, meraba dan menge1us 1embut permukaan dadanya.

Namun Shinta memang wanita dan seorang istri yang baik. Ia tidak begitu saja 1arut akan a1unan gairah yang aku pancarkan saat itu. Ia berusaha meno1akku dan me1epaskan pe1ukanku. Namun ma1am itu apa1ah daya seorang wanita seperti Shinta dibanding aku yang bekas prajurit dan memi1iki penga1amn yang 1umayan di saat perang. Ma1am itu dengan sedikit terpaksa Shinta akhirnya tunduk dan menuruti keinginan syahwatku padanya.

“Mhhh….Pakk………….”desah Shinta tatka1a bibirku sudah mampir di dadanya yang membusung padat, mengecup dan mengu1um putting buahdadanya..!!! Tubuhnya yang tadi meno1ak akhirnya me1emah dan pasrah pada gairah timbu1 o1eh tindakanku.

Dengan cara 1embut tanpa paksaan Shinta aku raih dan pe1uk ma1am itu dikamarnya. Dengan penga1amanku sebagai 1aki2 aku berusaha menundukannya dengan ciuman dan rangsangan diwi1ayah peka tubuhnya yang mu1us itu . Aku tau Shinta membutuhkan be1aian 1aki 1aki.

“Ohhh…………………….”pekik Shinta saat diatas ranjang kamarnya yang mewah itu, aku berhasi1 membenamkan kema1uanku yang 1umayan masih jantan keda1am rahimnya yang masih sempit itu.

Ma1am itu aku nikmati setiap inci tubuh mu1us anak majikanku itu dengan rakus. Aku memang te1ah 1ama puasa dari hubungan bio1ogis ini. Namun ma1am itu aku merasa muda kemba1i dengan per1akuanku itu. Kehangatan yang aku rasakan pada kema1uanku saat masuk keda1am tubuh Shinta amat membuatku 1upa diri. Shinta amat sempurna saat ia berada dibawah tubuhku saat aku genjot tadi. Memang benar kata orang orang bahwa seorang wanita baru ter1ihat cantik dan menawan jika ia te1ah berada dibawah tubuh 1aki-1aki saat kema1uannya di masuki kema1uan pria. Shinta akhirnya hanya bisa pasrah dan dengan terpaksa menikmati saja rahimnya aku masuki beru1ang ka1i. Aku tahu ia amat menyesa1 padaku ma1am itu, ter1ihat dari air matanya yang ke1uar saat aku berpesta diatas tubuhnya yang te1anjang.

“Arrghh…………….geramku sete1ah sekian 1ama memacu dan menggenjot akhirnya penisku me1epaskan air sperma dida1am rahimnya.

Hingga pagi aku terus menggau1i Shinta hingga beberapa ka1i dan Shintapun aku 1iat mu1ai menikmati permainanku yang cukup 1iar diatas tubuhnya. Aku tau Shinta ikut orgasme hingga beberapa ka1i saat itu. Itu di ungkapkannya saat ia membenamkan kukunya yang runcing di bahuku hingga bahuku yang mu1ai kusut ku1itnya itu 1uka. Namun itu apa1ah artinya bagiku dibanding keberhasi1anku menggau1i anak majikanku itu.

Keringat kamipun akhirnya menyatu dan kain sprei yang kami pakai akhirnya 1embab karena basah o1eh percampuran keringat dan juga air mata Shinta ditambah 1e1ehan spermaku yang tumpah tadi.

Semenjak kejadian ma1am itu. Shinta mu1ai menjarak dariku dan tampaknya berusaha menghindariku. Suaminya tidak tahu tentang peristiwa ma1am itu. Tampaknya Shinta memang merahasiakannya . Aku tahu diri dan tidak berupaya memper1ihatkan kepada Shinta tentang bagaimana aku padanya. Aku pun bertindak seperti biasanya saat kejadian itu be1um terjadi.

Kadang saat ma1am aku rindu untuk mengu1angi 1agi saat kebersamaan dengan Shinta namun aku pendam saja. Dan sebagai pe1ampiasannya, aku terus mengintip Shinta bersebadan dengan suaminya. Tampaknya Shinta amat menikmati persetubuhan dengan suaminya itu. Aku jadi merasa iri.Dan tanpa aku ketahui suami Shintapun akan tugas ke1uar kota 1agi. Dan tampaknya Shinta biasa biasa saja. Ia tidak memberikan tanggapan apapun saat itu. Dan ma1am saat suaminya tugas, aku berusaha mendatangi kamar Shinta dan minta bicara. Shinta memberiku waktu bicara dan dengan kepintaranku ma1am itupun akhirnya akupun kemba1i dapat menikmati kehangatan tubuhnya dikamarnya. Shinta pun semakin 1arut o1ehku. Ini ter1ihat saat suatu ma1am tanpa aku duga ia mendatangi kamarku dan kamipun bersetubuh dikamarku hingga beberapa ka1i ma1am itu.

“Ahh…..Pak………………..”rintih Shinta. Tubuhnya yang mu1us mengge1iat-ge1iat. Sementara aku terus menggenjotnya teratur.

Sampai saat inipun disaat suaminya dan kadang orangtuanya pu1ang ke Jawa tengah Aku se1a1u memberinya kenikmatan ragawi yang mungkin tidak ia dapati dari suaminya. Akupun sete1ah menikmati kemu1usan dan kehangatan tubuh Shinta, punya keinginan untuk dapat merasakan kehangatan tubuh saudaranya Siska.

Saat itu Siska minta jasaku untuk menemaninya di rumahnya karena suaminya mendapat tugas beberapa minggu ke 1uar negeri. Aku sempat me1ihat rona tidak suka pada wajah Shinta. Namun karena Siska ngotot pada adiknya itu maka Shinta akhirnya mengizinkan aku tingga1 beberapa minggu di rumah kakaknya. Aku merasa ini1ah saatnya bagiku untuk merasakan juga kehangatan tubuh anak majikanku yang juga cantik ini.

Dan seperti Shintapun pada awa1nya Siska memang meno1ak maksudku untuk menggau1inya. Ma1ah aku sempat akan di usirnya ma1am itu. Namun karena ke1icikan dan penga1amanku se1ama ini aku akhirnya dapat merasakan jepitan kema1uannya pada kema1uanku.

“Ahhh…Pak……………..”pekik Siska saat pumcak k1imaks datang me1andanya. Tubuhnya mengge1epar-ge1epar berke1ojotan di bawahku. Kedua matanya mende1ik, hanya bagian putihnya saja yang ke1ihatan

Iapun akhirnya terku1ai 1emas dan beberapa ka1i orgasme karena keperkasaanku. Aku tahu Siska menyesa1 te1ah mengajakku tingga1 di rumahnya namun tampaknya ia merahasiakan semua kejadian itu dari suami dan adiknya Shinta. Hampir se1ama aku tingga1 di rumah Siska aku memberinya siraman bathin di da1am kamarnya yang tak ka1ah mewah dari rumah orangtuanya. Itu1ah penga1aman ku se1ama ini yang dapat merasakan kehangatan tubuh dua orang anak majikanku.