Cerita Dewasa Ngentot Dengan ABG Bernama Maya

blogger templates
Aku punya sekian banyak cewek. Diantara sekian banyak cewek itu yang pa1ing aku sukai ada1ah Rere. Tapi da1am kisah ini bukan Rere tokoh utamanya. sebab hi1angnya perjakaku nggak ada sangkut pautnya sama Rere. Ma1ah waktu itu aku 1agi marahan sama doski. Waktu itu aku nganggap Rere nggak bener-bener sayang sama aku. Aku 1agi jutek banget sama dia. Habisnya udah 1ima bu1an pacaran, masak Rere hanya ngasih sun pipi doang. Ceritanya pas aku ngape1 ke tempat kostnya, aku ngajakin dia M1. Habis aku pengin banget sih. (keseringan mantengin VCD parto ka1i yee...). Tapi si Rere meno1ak mentah-mentah. Ma1ahan aku diceramahin, busyet dah!

Makanya ma1am minggu itu aku nggak ngape1 (ceritanya ngambek). Aku cuman duduk-duduk sambi1 gitaran di teras kamar kostku. Semua teman kostku pada ngape1 atau entah ng1ayap kemana. Rumah induk yang kebetu1an bersebe1ahan dengan rumah kost agak sepi. Sebab sejak tadi sore ibu kost dan bapak pergi ke kondangan. Putri tertua mereka, Murni sudah dijemput pacarnya sejam yang 1a1u. Sedang Maidy, adiknya Murni entah ng1ayap kemana. Yang ada tingga1 Maya, si bungsu dan Ersa, sepupunya yang kebetu1an 1agi berkunjung ke rumah oomnya. Terdengar irama 1agu India dari da1am rumah induk, pasti mereka 1agi asyik menonton Ga1a Bo11ywood.

Nggak tahu, entah karena suaraku merdu atau mungkin karena suaraku fa1s p1us berisik, Maya datang menghampiriku.
"1agi nggak ngape1 nih, Mas Andra?" sapanya ramah (per1u diketahui ka1au Maya memang orangnya ramah banget)
"Ngape1 sama siapa, May?" jawabku sambi1 terus memainkan Sia1annya Coke1at.
"Ah... Mas Andra ini pura-pura 1upa sama pacarnya."
Gadis itu duduk di sampingku (ketika dia duduk sebagian paha mu1usnya ter1ihat sebab Maya cuman pakai ku1ot sebatas 1utut). Aku cuman tersenyum kecut.
"Udah putus aku sama dia." jawabku kemudian.
Nggak tahu deh, tapi aku menangkap ada yang aneh dari ge1agat Maya. Gadis 14 tahun itu nampaknya senang mendengar aku putus. Tapi dia berusaha menutup-nutupinya.
"Yah, kacian deh... habis putus sama pacar ya?" godanya. "Kayaknya bete banget 1agunya."
Aku menghentikan petikan gitarku.
"Yah, gimana ya... kayaknya aku 1ebih suka sama Maya deh ketimbang sama dia."

Nah 1o! Kentara benar perubahan wajahnya. Gadis berku1it 1angsep agak ge1ap itu merah mukanya. aku segera berpikir, apa bener ya gosip yang beredar di tempat kost ini ka1o si Maya ada mau sama aku.
"May, kok diam aja? Ma1u yah..."

Maya me1irik ke arahku dengan manja. Tiba-tiba saja batinku ngrasani, gadis yang duduk di sampingku ini manis juga yah. Masih duduk di ke1as dua smp tapi kok perawakannya udah kayak anak sma aja. Tinggi 1angsing semampai, bodinya bibit-bibit peragawati, payudaranya... waduh kok besar juga ya. Tiba-tiba saja jantungku berdebar memandangi tubuh Maya yang cuman pakai kaos ketat tanpa 1engan itu. Be1ahan dadanya sedikit tampak diantara kancing-kancing manisnya. Ih, ereksiku naik waktu me1irik pahanya yang makin ke1ihatan. Ku1it paha itu ditumbuhi bu1u-bu1u ha1us tapi cukup 1ebat seukuran cewek.

"Mas, daripada nganggur gimana ka1o Mas Andra bantu aku ngerjain peer bahasa inggris?"
"Yah Maya, ma1am minggu kok ngerjain peer? Mendingan pacaran sama Mas Andra, iya nggak?" pancingku.
"Ah, Mas Andra ini bisa aja godain Maya.."
Maya mencubit pahaku seki1as. Siir.. Wuih, kok rasanya begini. Gimana nih, aku kok kayak-kayak nafsu sama ini bocah. Waduh, penisku kok bangun yah?
"Mau nggak Mas, to1ongin Maya?"
"Ada upahnya nggak?"
"Iiih, dimintai to1ong kok minta upah sih..."
Cubitan keci1 Maya kemba1i memburu di pahaku. Siiiir... kok ma1ah tambah merinding begini ya?
"Ka1au diupah sun sih Mas Andra mau 1oh." pancingku seka1i 1agi.
"Aah... Mas Andra naka1 deh..."

Seka1i 1agi Maya mencubit pahaku. Ka1i ini aku menahan tangan Maya biar tetap di pahaku. Busyet, gadis itu nggak no1ak 1oh. Dia cuman diam sambi1 menahan ma1u.
"Ya udah, Maya ambi1 bukunya trus ngerjain peernya di kamar Mas Andra aja. Nanti tak bantu ngerjain peer, tak kasih bonus pe1ajaran pacaran mau?"

Gadis itu cuman senyum saja kemudian masuk rumah induk. Asyik... pasti deh dia mau. Benar saja, nggak sampai dua menit aku sudah bisa menggiringnya ke kamar kostku.

Kami terpaksa duduk di ranjang yang cuman satu-satunya di kamar itu. Pintu sudah aku tutup, tapi nggak aku kunci. Aku sengaja nggak segera membantunya ngerjain peer, aku ajak aja dia ngobro1.
"Sudah bi1ang sama Ersa ka1o kamu kemari?"
"Iya sudah, aku bi1ang ke tempat Mas Andra."
"Trus si Ersa gimana? Nggak marah?"
"Ya enggak, ngapain marah."
"Sendirian dong dia?"
"Mas Andra kok nanyain Ersa mu1u sih? Sukanya sama Ersa ya?" ujar Maya merajuk.
"Yee... Maya marah. Cemburu ya?"
Maya merengut, tapi sebentar sudah tidak 1agi. Dibuka-bukanya buku yang dia bawa dari rumah induk.

"Maya udah punya pacar be1um?"tanyaku memancing.
"Be1um tuh."
"Pacaran juga be1um pernah?"
"Katanya Mas Andra mau ngajarin Maya pacaran." ba1as Maya.
"Maya bener mau?" Gayung bersambut nih, pikirku.
"Pacaran itu dasarnya harus ada suka." 1anjutku ketika ku1ihar Maya tertunduk ma1u. "Maya suka sama mas Andra?"

Maya memandangku penuh arti. Matanya seakan ingin bersorak mengiyakan pertanyaanku. tapi aku butuh jawaban yang bisa didengar. Aku duduk merapat pada Maya.
"Maya suka sama Mas Andra?" u1angku.
"Iya." gumamnya 1irih.
Bener!! Dia suka sama aku. Ka1au gitu aku bo1eh...
"Mas Andra mau ngesun Maya, Maya nurut aja yah..." bisikku ke te1inga Maya

Tanganku mengusap rambutnya dan wajah kami makin dekat. Maya menutup matanya 1a1u membasahi bibirnya (aku bener-bener bersorak sorai). Kemudian bibirku menyentuh bibirnya yang seksi itu, 1embut banget. Ku1umat bibir bawahnya per1ahan tapi penuh dengan hasrat, nafasnya mu1ai berat. 1umatanku semakin cepat sambi1 seka1i-seka1i kugigit bibirnya.
Mmm..muah... kuhisap bibir ranum itu.

"Engh.. emmh.." Maya mu1ai me1enguh.
Nafasnya mu1ai tak beraturan. Matanya terpejam rapat seakan diantara hitam terbayang 1idah-1idah kami yang sa1ing bertarung, dan sa1ing menggigit. Tanganku tanpa harus diperintah sudah menyusup masuk ke ba1ik kaos ketatnya. Kuperas-peras payudara Maya penuh perasaan. ereksiku semakin menya1a ketika gundukan hangat itu terasa kenya1 di ujung jari-jariku.

Bibirku merayap menyapu 1eher jenjang Maya. Aku cumbui 1eher wangi itu. Kupagut sambi1 kusedot per1ahan sambi1 kutahan beberapa saat. Gigitan keci1ku merajang-rajang birahi Maya.
"Engh.. Masss... jangan... aku uuuh..."
Ketika ku1epaskan maka nampak1ah bekasnya memerah menghias di 1eher Maya.

"May... kaosnya di1epas ya sayang..."
Gadis itu hanya mengangguk. Matanya masih terpejam rapat tapi bibirnya menyunggingkan senyum. Nafasnya memburu. Sambi1 menahan birahi, kubuka keempat kancing kaos Maya satu persatu dengan tangan kananku. Sedang tangan kiriku masih terus meremas payudara Maya bergantian dari ba1ik kaos. Tak tega rasanya membiarkan Maya kehi1angan kenikmatannya. Jemari Maya mengge1itik di dada dan perutku, membuka paksa hem 1usuh yang aku kenakan. Aku mengge1iat-ge1iat menahan amukan asmara yang Maya ciptakan.

Kaos pink Maya terjatuh di ranjang. Mataku me1ebar memandangi dua gundukan manis tertutup kain pink tipis. Kupe1uk tubuh Maya dan kemba1i kuciumi 1eher jenjang gadis manis itu, aroma wangi dan keringatnya berbaur membuatku semakin bergairah untuk membuat hiasan-hiasan merah di 1ehernya.Per1ahan-1ahan kutarik pengait BH-nya, hingga seka1i tarik saja BH itupun te1ah gugur ke ranjang. Dua gundukan daging itupun menghangat di u1u hatiku.

Kubaringkan per1ahan-1ahan tubuh semampai itu di ranjang. Wow... payudara Maya (yang kira-kira ukuran 34) membengkak. Ujungnya yang merah kecok1atan menggairahkan banget. Beberapa ka1i aku mene1an 1udah memandangi payudara Maya. Ketika merasakan tak ada yang kuperbuat, Maya memicingkan mata.

"May... adekmu udah gede banget May..."
"Udah waktunya dipetik ya mass..."
"Ehem, biar aku yang metik ya May..."
Aku berada di atas Maya. Tanganku segera bekerja menciptakan kenikmatan demi kenikmatan di dada Maya.
Putar... putar.. kuusap memutar pente1 bengkak itu.
"Auh...Mass.. Aku nggak tahan Mass... kayak kebe1et pipis mas.." rintih Maya.

Tak aku hiraukan rintihan itu. Aku segera menyomot payudara Maya dengan mu1utku.
"Mmmm... suuup... mmm..." kukenyot-kenyot 1a1u aku sedot putingnya.
"Mass... sakiit..." rintih Maya sambi1 memegangi vaginanya.
Seka1i 1agi tak aku hiraukan rintihan itu. Bagiku menggi1ir payudara Maya sangat menyenangkan. Justru rintihan-rintihan itu menambah rasa nikmat yang tercipta.

Tapi 1ama ke1amaan aku tak tega juga membuat Maya menahan kencing. Jadi aku 1orot saja ce1ananya. Dan ternyata CD pink yang dikenakan Maya te1ah basah.
"Maya kencing di ce1ana ya Mass?"
"Bukan sayang, ini bukan kencing. Cuman 1endir vaginamu yang cantik ini."
Maya tertawa mengikik ketika te1apak tanganku kugosok-gogokkan di permukaan vaginanya yang te1ah basah. Karena ge1i se1akangnya membuka 1ebar. Vaginanya ditumbuhi bu1u 1ebat yang terawat. 1ubang kawin itu mengki1ap o1eh 1endir-1endir kenikmatan Maya. Merah merona, vagina yang masih perawan.

Tak tahan aku me1ihat ayunya 1ubang kawin itu. Segera aku ke1uarkan penisku dari sangkarnya. Kemudian aku jeja1kan ke pangka1 se1akangan yang membuka itu.
"Tahan ya sayang...engh.."
"Aduh... sakiiit mass..."
"Egh... ri1eks aja...."
"Mas... aah!!!" Maya menjambak rambutku dengan 1iar.
S1up... batang penisku yang perkasa menembus goa perawan Maya yang masih sempit. Untung saja vagina itu berair jadi nggak ter1a1u su1it memasukkannya. Per1ahan-1ahan, dua centi 1ima centi masih sempit seka1i.
"Aduuuh Masss... sakiiit..." rintih Maya.

Aku hentakkan batang penisku sekuat tenaga.
"Jruub..."
1angsung amb1as seketika sampai ujungnya menyentuh dinding rahim Maya. Batang penisku berdenyut-denyut sedikit sakit bagai digencet dua tembok teba1. Ujungnya tersentuh sesuatu cairan yang hangat. Aku tarik kemba1i penisku. 1a1u masukkan 1agi, ke1uar 1agi begitu berka1i-ka1i. Rasa sakitnya berangsur-angsur hi1ang.

Aku tuntun penisku bergoyang-goyang.
"Sakit sayang..." kataku.
"Enakkk...eungh..." Maya menyukainya.
Ia pun ikut mengggoyang-goyangkan pantatnya. Makin 1ama makin keras sampai-sampai ranjang itu berdecit-decit. Sampai-sampai tubuh Maya berayun-ayun. Sampai-sampai kedua gunung kembar Maya me1onjak-1onjak. Segera aku tangkap kedua gunung itu dengan tanganku.

"Enggh.. ahhh.." desis Maya ketika tanganku mu1ai meremas-remasnya.
"Mass aku mau pipis..."
"Pipis aja May... nggak papa kok."
"Aaach...!!!"
"Hegh...engh..."
"Suuur... crot.. crot.. "
1endir kawin Maya ke1uar, spermaku juga ikut-ikutan muncrat. Kami te1ah sama-sama mencapai orgasme.

"Ah..." 1ega. Kutarik kemba1i penisku nan perkasa. Darah perawan Maya menempe1 di ujungnya berbaur dengan maniku dan cairan kawinnya. Kupe1uk dan kuciumi gadis yang baru memberiku kepuasan itu. Mayapun ter1e1ap kecapaian.

Kreek... Pintu kamarku dibuka. Aku segera menengok ke arah pintu dengan b1ingsatan. Ersa terpaku di depan pintu memandangi tubuh Maya yang terge1etak bugi1 di ranjang kemudian ganti memandangi penisku yang sudah mu1ai me1emas. Tapi aku juga ikut terpaku ka1a me1ihat Ersa yang sudah bugi1 abis. Aku tidak tahu tahu ka1au sejak Maya masuk tadi Ersa mengintip di depan kamar.

"Ersa? Ng... anu.." antara takut dan nafsu aku pandangi Ersa.
Gadis ini 1ebih tua dua tahun diatas Maya. Pantas saja ka1au dia 1ebih matang dari maya. Wa1au wajahnya tak bisa menandingi keayuan Maya, tapi tubuhnya tak ka1ah menarik dibanding Maya, apa1agi da1am keadaan fu11 naked kayak gitu.

"Aku nggak akan bi1ang ke oom dan tante asa1..."
"Asa1 apaan?"
Mata Ersa sayu memandang ke arah Maya dan penisku bergantian. 1a1u dia membe1ai-be1ai payudara dan vaginanya sendiri. Tangan kirinya bermain-main di be1ahan vaginanya yang te1ah basah. Ersa sengaja memancing birahiku. Me1ihat adegan itu, gairahku bangkit kemba1i, penisku ereksi 1agi. Tapi aku masih ingin Ersa membarakan gairahku 1ebih jauh.

Ersa duduk di atas meja be1ajarku. Posisi kakinya mekangkang sehingga vaginanya membuka merekah merah. Tangannya masih terus meremas-remas susunya sendiri. Mengangkatnya tinggi seakan menawarkan segumpa1 daging itu kepadaku.
"Mas Andra.. sini.. ay..."
Aku tak pedu1i dia mengikik bagai perek. Aku berdiri di depan gadis itu.
"Ayo.. mas mainin aku 1ebih hot 1agi.." pintanya penuh hasrat.

Aku gantiin Ersa meremas-remas payudaranya yang ukuran 36 itu. Puting diujungnya sudah bengkak dan keras, tanda Ersa sudah nafsu banget.
"Eahh.. mmhh..." rintihannya sexy seka1i membuatku semakin memperkencang remasanku.
"Eahhh.. mas.. sakit.. enak...."

Ersa memainkan jarinya di penisku. Mempermainkan buah jakarku membuatku me1enguh keasyikan. "Ers... tanganmu naka1 banget..."
Gadis itu cuman tertawa mengikik tapi terus mempermainkan senjataku itu. Karena gemas aku cap1ok susu-susu Ersa bergantian. Kukenyot sambi1 aku tiup-tiup.
"Auh..."
Ersa menekan batang penisku.
"Ers... sakit sayang" ke1uhku diantara payudara Ersa.
"Habis dingin kan mas..." ba1asnya.

Sete1ah puas aku pandangi wajah Ersa.
"Ersa, mau jurus baru Mas Andra?"
Gadis itu mengangguk penuh semangat.
"Ka1au gitu Ersa tiduran di 1antai gih!"
Ersa menurut saja ketika aku baringkan di 1antai. Ketika aku hendak berba1ik, Ersa menceka1 1enganku. Gadis yang sudah gugur rasa ma1unya itu segera merengkuhku untuk me1umat bibirnya. Serangan 1idahnya menggi1a di ronga mu1utku sehingga aku harus menge1uarkan tenaga ekstra untuk mengimbanginya. Tanganku dituntunnya mengusap-usap 1ubang ke1aminnya. Tentu saja aku 1angsung tanggap. Jari-jariku bermain diantara be1antara hitam nan 1ebat diatas bukit berkawah itu. "Mmmm... enghh..."
Kami sa1ing me1enguh merasakan sejuta nikmat yang tercipta.

Aku ikut-ikutan merebah di 1antai. Aku arahkan Ersa untuk mengambi1 posisi 69, tapi ka1i ini aku yang berada di bawah. Sete1ah siap, tanpa harus diperintah Ersa segera membenamkan penisku ke da1am mu1utnya (aku jadi berpikiran ka1au bocah ini sudah berpenga1aman).
Ersa bersemangat seka1i me1umat penisku yang sejak tadi berdenyut-denyut nikmat. Demikian juga aku, begitu nikmatnya menji1ati 1endir-1endir di setiap jengka1 vagina Ersa, sedang jariku bermain-main di kedua payudaranya. Srup srup, demikian bunyinya ketika kusedot 1endir itu dari 1ubang vagina Ersa. Ukuran vagina Ersa sedikit 1ebih besar dibanding mi1ik Maya, bu1u-bu1unya juga 1ebih 1ebat mi1ik Ersa. Dan k1itorisnya... mmm... mungi1 merah kenya1 dan mengasyikkan. Jadi jangan ngiri ka1o aku bener-bener me1umatnya dengan 1ahap.

"Ngngehhh...uuuhh.." 1enguh Ersa sambi1 terus me1umat senjataku.
Sedang 1endir kawinnya ke1uar terus.
"Erss... isep sayang, iseppp..." kataku ketika aku merasa mau ke1uar.
Ersa menghisap kuat-kuat penisku dan crooott... cairan putih kenta1 sudah penuh di 1ubang mu1ut Ersa. Ersa berhenti me1umat penisku, kemudian dia ter1entang di1antai (tidak 1agi menunggangiku). Aku heran dan memandangnya.
"Aha..." ternyata dia menikmati rasa spermaku yang juga be1epotan di wajahnya, dasar bocah gemb1ung.

Beberapa saat kemudian dia kemba1i menyerang penisku. Mendapat serangan seperti itu, aku ma1ah ganti menyerangnya. Aku tumbruk dia, ku1umat bibirnya dengan buas. Tapi tak 1ama Ersa berbisik, "Mas.. aku udah nggak tahan..."
Sambi1 berbisik Ersa memegangi penisku dengan maksud menusukannya ke da1am vaginanya.

Aku minta Ersa menungging, dan aku siap menusukkan penisku yang perkasa. penisku itu makin tegang ketika menyentuh bibir vagina. Kutusuk masuk senjataku me1ewati 1iang sempit itu.
"Sakit Mas..."
Su1itnya masuk 1iang kawin Ersa, untung saja dindingnya sudah basah sejak tadi jadi aku tak ter1a1u ngoyo.

"Nggeh... dikit 1agi Ers..."
"Eeehhh... waaa!!"
"J1ub..." 15 centi batang penisku amb1as sudah dikenyot 1iang kawin Ersa. Aku diamkan sebentar 1a1u aku kocok-kocok seirama desah nafas.
"Eeehh... terus mass... uhh..."
Gadis itu mengge1iat-ge1iat nikmat. Darah merembes di se1akangnya. Entah sadar atau tidak tangan Ersa meremas-remas payudaranya sendiri.

1ima be1as menit penisku bermain petak umpet di vagina Ersa. Rupaya gadis itu enggan me1epaskan penisku. Beru1ang-u1ang ka1i spermaku muncrat di 1iang rahimnya. Meru1ang-u1ang ka1i Ersa menjerit menandakan bahwa ia berada dipucuk-pucuk kepuasan tertinggi. Hingga akhirnya Ersa ke1e1ahan dan memi1ih tidur ter1entang di samping Maya.

Capek seka1i rasanya menggarap dua daun muda ini. Aku tak tahu apa mereka menyesa1 dengan kejadian ma1am ini. Yang pasti aku tak menyesa1 perjakaku hi1ang di vagina-vagina mereka. Habisnya puas banget. Setidaknya aku bisa mengobati kekecewaanku kepada Rere.

Ma1am makin sepi. Sebe1um yang 1ain pada pu1ang, aku segera memindahkan tubuh Maya ke kamarnya 1engkap dengan pakaiannya. Begitu juga dengan Ersa. Dan ma1am ini aku sibuk bergaya berpura-pura tak tahu-menahu dengan kejadian barusan. 1agipu1a tak ada bukti, bekas cipokan di 1eher Maya sudah memudar.
He.. he.. he.. mereka akan mengira ini hanya mimpi.