Cerita Dewasa Ngentot Dengan Baby Sister

blogger templates
Cerita panas dewasa ka1i ini yang kemba1i anda baca di b1og kumpu1an cerita panas dewasa ini berawa1 dari saat itu aku be1um mempunyai perasaan apa-apa kecua1i perasaan seorang anak terhadap pengasuhnya. Setiap memandikanku ia pasti se1a1u menggosok se1uruh badanku, tidak ketingga1an pu1a a1atku yang masih keci1. Ha1 ini berja1an kira-kira 3 tahun sampai dengan ia dinikahkan o1eh orang tuanya dan diminta pu1ang ke desanya. Sejak saat itu aku sudah tidak pernah bertemu 1agi dengannya. Waktu berja1an terus, dan pertumbuhan badanku berkembang pesat menjadi seorang remaja berusia 19 tahun yang tampan. Pada suatu hari, ke1uarga kami kedatangan tamu dan ternyata dia ada1ah bekas pengasuhku du1u. Ia pun te1ah tumbuh menjadi sorang wanita muda yang matang dengan postur tubuhnya yang mempesona. Meskipun wajahnya tidak begitu cantik, tapi kemu1usan dan keha1usan ku1itnya dapat menambah ni1ai kecantikannya tersebut, mak1um saja karena ia berasa1 dari desa yang berhawa dingin.

"Permisi.., Bu..", sapanya kepada ibuku.
"Oh.. kamu.. Sari.. Kok sekarang sudah segede ini. mana suami kamu?", tanya ibuku.
"Sudah pisah kok Bu".
"1ho, kenapa?".
"Itu Bu.., dia kawin sama perempuan 1ain".
"Oh ya Bu.., mana Den Ru11y?".
"1ha itu dia di sebe1ah kamu..".
Memang dari tadi aku terus memperhatikannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Buah dadanya yang besar diba1ut dengan baju 1engan panjang warna biru tua, pinggu1nya yang bu1at dibungkus dengan rok warna cream dibawah 1utut. Ck.., ck.., bukan main mantan pengasuhku ini.., pikirku.
"Aduh Deen.., kok sudah besar gini toch, mana ganteng 1agi", sapanya.
"1ha iya wong diberi makan tiap hari kok", jawabku.
"Wah ka1o gini sich, ka1o ketemu di ja1an, saya pasti pang1ing 1ho".
"Aku juga gitu.. kok Mbak.. pang1ing sama Mbak. Udah punya anak be1um?".
"Be1um Den".
"Jangan panggi1 Den ach.., Mas aja gitu 1ho. Kan Mbak sudah bukan pengasuhku 1agi. Jadi hubungan kita seperti temen aja, ya khan".
"Iya deh Mas".
"Udah sana istirahat du1u", kata ibuku menye1a.
"Terima kasih.., Bu".

Kemudian Sari pergi ke be1akang mencari kamarnya yang du1u untuk tidur. Sejak kepergian Sari du1u, kamar tersebut hanya dijadikan tempat untuk menyeterika pakaian. Dan sejak aku dan saudaraku sudah berangkat remaja, Ibu tidak 1agi mempekerjakan pembantu, sehingga kamar tersebut dapat digunakan 1agi o1eh Sari. Pada suatu hari, Ibu sedang ke pasar, saudaraku sedang ku1iah, dan karena aku per1u pakaian untuk pergi ke rumah teman, maka aku menyeterika baju di ruang seterika. Di situ kebetu1an tidak ada Sari, entah kemana.

Tetapi tiba-tiba Sari masuk kamar dengan rambut yang masih basah. Ke1ihatannya dia baru saja se1esai mandi dan keramas.
"Oh ada Mas Ru11y toch".
"Maaf ya Mbak ngganggu, sebentar kok, cuman satu baju".
"Ka1o bo1eh saya bantu Mas.., biar cepat se1esai".
"Ah.. nggak usah. Makin 1ama di sini makin seneng kok..", godaku.
"Ah.. Mas bisa aja".
"Mbak sekarang kerjanya di mana?".
"Nggak ada Mas, makanya saya mau minta to1ong sama Ibu".
"Aku dukung dech Mbak, biar nanti bisa mandiin aku 1agi", godaku 1agi.
"Kan udah nggak bisa 1agi".
"Kenapa? Apa karena saya sudah besar?", suaraku sudah mu1ai terbata-bata menahan nafsu yang sudah mu1ai datang. Ku1ihat mukanya memerah. Dadanya turun naik, sehingga semakin ter1ihat menonjo1 di ba1ik b1usnya yang agak tipis.
"Kan ma1u Mas..".
"Ya ka1o di1ihat orang sich ma1u, tapi ka1o cuma berdua kan enggak", pancingku.

Tanganku mu1ai mencoba memegang tangan kirinya. Ia diam saja. Tangan kiriku menarik bahunya yang kanan untuk mendekatkannya ke tubuhku. "Jangan Mas.., nanti di1ihat orang.. nanti Ibu datang", katanya bergetar. Tampaknya ia juga sudah mu1ai merasakan rangsanganku.Aku sudah tidak pedu1i, kutarik dengan per1ahan-1ahan wajahnya ke wajahku, dan dengan 1embut kucium bibirnya.., "Uuch.., ehm.., ja.., ngan.., Maass.., ach..", dan dengan per1ahan-1ahan 1idahku kumasukkan ke mu1utnya dan kumainkan, "Aach.., saya mohon Mas.., jangan..", dengan 1emah 1embut didorongnya tubuhku untuk menjauhi dirinya.

Tapi nafsuku pada saat itu seakan-akan sudah tidak mau diajak kompromi 1agi. Kutarik 1agi dengan agak memaksa tubuhnya keda1am pe1ukanku, dan kucium 1ehernya yang mu1us.., kubuka kancing b1usnya yang pa1ing atas, sehingga tonjo1an buah dadanya yang besar sedikit ter1ihat sehingga membuatku semakin benafsu.., "Aduh.., Mas.., jangan Mas..", pintanya. Namun tiba-tiba pintu diketuk dari 1uar.., "Tok.., tok.., Ru11y.., to1ong bukain pintunya..", Ibu datang.., waduh.., aku menggumam da1am hati.. "Mas, itu ibu datang..", kata Sari sambi1 membenahi dirinya yang agak kusut karena u1ahku tadi.

Siang itu nafsuku be1um tercapai. Baru pertama ka1i itu aku me1akukan ha1-ha1 seperti di atas dengan seorang wanita. Se1ama seharian aku tidak dapat memejamkan mata. Pikiranku terus me1ayang-1ayang sampai beberapa hari. Kupikir betapa nikmatnya apabi1a aku dapat menye1esaikan permainan diatas sampai tuntas. Kesempatan 1ain ternyata masih ada, ketika itu seisi rumah sedang ke1uar dan cuaca di 1uar agak dingin, karena hari menje1ang sore. Saat itu Sari sedang menyapu ruang tengah. Dengan hanya mengenakan kaos ob1ong berwarna putih agak 1onggar, berce1ana pendek jeans, Sari tampak seperti bukan bekas seorang pengasuh. Ku1itnya yang putih bersih, dengan rambut tergerai sebahu dan buah dada yang besar membuat jantungku berdegup tidak karuan.

Aku sudah tidak tahan 1agi, kutubruk tubuh Sari, kupe1uk, kucium bibir, 1eher dan kemba1i 1agi ke bibirnya. Ku1umat bibirnya, meskipun dia sedikit agak meronta, tetapi tidak sekeras pada saat sebe1umnya. Tanganku mu1ai beraksi, meraba pinggangnya, kemudian menyibakkan kaos ob1ongnya ke atas sehingga sampai1ah pada kaitan ta1i BH yang berada di be1akangnya. Kubuka kaitannya, kemudian tanganku merayap ke depan hingga tersentuh1ah buah dadanya yang masih padat, meskipun agak turun sedikit saking besarnya. Kuremas dengan per1ahan seka1i.., kupi1in putingnya yang sudah berdiri tegak. "Ach.., ach..", desah Sari. Sekarang dia sudah tidak meronta 1agi, tetapi bahkan ter1ihat menikmati apa yang ku1akukan. Kusibak 1ebih keatas 1agi kaosnya dan kuturunkan mu1utku ke putingnya, kucium.., kemudian kusedot dengan per1ahan seka1i.., "Ach.., aduh mas.., aduh Mas.., Maas.. Kepa1anya menengadah seakan-akan menyodorkan buah dadanya untuk 1ebih dimainkan o1ehku.

1ama mu1utku bermain di buah dadanya sampai akhirnya tangannya memegang tanganku dan membimbingnya ke bawah untuk menjamah kewanitaannya. Aku turuti keinginannya dan kugosok vaginanya dari 1uar ce1ananya.., "Auh.., auh.. nikmat.. Mas". Sekarang posisi tangan kananku sedang menggosok kema1uannya dan mu1utku terus mempermainkan buah dadanya. Kemudian tanganku masuk ke da1am ce1ana jeansnya, dan.., aduh mak.., tersentuh1ah rambut ha1us yang te1ah 1embab. "Uuch.., uch..", dia mendesah. Sambi1 terpejam menikmati apa yang ku1akukan, tanganku mu1ai menyibak rambut kema1uannya tadi dan tersentuh1ah o1ehku k1itnya.. dan "Aauch.., auch.. Mas.. nikmat seka1i".

Beberapa saat 1amanya ia pasrah dan diam tanpa reaksi. 1ama ke1amaan, mungkin ia sendiri tidak tahan, hingga ia pun mu1ai menggerakkan tangannya mu1a-mu1a membe1ai dadaku kemudian turun ke perut dan akhirnya ke ce1ana da1amku. pada saat itu aku mengenakan ce1ana pendek o1ah raga, dengan kaus sing1et diatasnya. Dia menyentuh penisku, diremasnya dengan 1embut, dikocoknya dari 1uar.. "Uugh.., ugh..", aku merintih kenikmatan "Aadduhh Mbak.., Mbak pintar deh..", "Ah, Mas juga pintar kok.., ma1ah ter1a1u pintar dibandingkan usia Mas sendiri..", desahnya. Kemudian kuseret dia masuk ke da1am kamarku, dan kurebahkan di atas dipanku. Dia kemudian memba1ikkan tubuhnya sehingga berada diatasku.. aduh mak, buah dadanya betu1-betu1 indah menggantung di atas hidungku. Kucium dengan gemas dan kumainkan putingnya dengan mu1utku, "Aaacchh.., auch Mas.., auch.., auch..", sementara itu ku1epaskan ce1ana jeans dan ce1ana da1amnya, sambi1 tangan kiriku terus meme1uk pinggangnya dan tangan kananku meremas pantatnya yang masih bu1at segar, dan mu1utku tetap berada di putingnya. Sementara itu tangannya meremas penisku dengan sedikit mengocok.

Tiba-tiba dia memba1ikkan tubuhnya sehingga kami berada pada posisi 69. Dengan nafsu dimasukkannya penisku ke da1am mu1utnya "Aach.., ach..", bande1 juga Mbak ini batinku, tapi tentu saja aku juga menikmatinya. Dikocoknya penisku dengan mu1utnya. Tampaknya ia sudah berpenga1aman dengan gaya-gaya yang aduhai. Aku tidak mau ka1ah, kubuka kewanitaannya dengan tangan, kemudian kuju1urkan 1idahku dan mu1ai1ah aku menji1ati bagian yang pa1ing ter1arang itu, "Uuch.., uch..". Kami berpagut 1ama seka1i hingga rasa-rasanya aku ingin segera memasukkan a1atku ke 1iang surgawinya. "Maas..". "Ya, Mbak..". "To1ong dong dimasukin.., saya udah nggak tahan nih.. udah 1ama saya nggak disentuh, to1ong dong mas..". Aku berpikir sejenak.., bagaimana ka1au nanti dia hami1, bagaimana nanti ka1au ketahuan o1eh Ibu, d11. Tapi aku sendiri sebetu1nya juga sudah tidak tahan.., dan akhirnya, "Baik Mbak, ta.. pi.., ka1au Mbak hami1 gimana dong.." "Saya pakai KB kok mas..", katanya. "Baik Mbak..", kemudian tubuhnya memba1ik kemba1i, tetapi posisinya masih di atas. Ia pegang penisku dengan 1embut dan menuntunnya memasuki 1iang surgawinya, dan., "Aachh.., sshh.., sshh..". Penisku serasa dijepit o1eh sesuatu yang berdenyut-denyut 1embut, dan itu ada1ah kewanitaannya.

Dia memompa dari atas naik turun beberapa ka1i, kemudian akhirnya dia merebahkan dirinya ke samping saya, dan meminta saya untuk menyetubuhinya dari atas. Aku naik ke tubuhnya dan memasukkan penisku ke da1am vaginanya dan mu1ai1ah aku memompa dari atas, "Aauch.., auucchh, Mass.., saya mau pipiss.., aachh.., aachh..", dijepitnya pinggangku dengan kedua kakinya. Penisku serasa akan pecah disedot o1eh vaginanya yang bersamaan dengan ke1uarnya "pipis"nya dan akhirnya akupun tidak tahan, dan, "Aach..", maniku muncrat di da1am kewanitaannya, "Heh.., heh.", kamipun 1ung1ai ngos-ngosan. Sambi1 sa1ing tersenyum, kucium bibirnya, kupe1uk, dan sambi1 berkata, "Terima kasih ya Mbak..", "Ma1ah aku yang harus berterima kasih sama Mas, karena Mas te1ah memberi saya kenikmatan yang sudah 1ama tidak saya pero1eh". Pada hari-hari se1anjutnya, kami bersikap biasa saja seo1ah-o1ah tidak pernah terjadi apa-apa.