Cerita Dewasa Ngentot Dengan Cindy dan Ibunya

blogger templates
Sabtu sore itu aku tiba di rumah mereka sekitar jam 17.00, dan ketika masuk ke rumah hanya ada Cindy, keponakanku yang baru berumur tiga be1as tahun dan duduk di ke1as dua S1TP. Ibunya, Vivi, sedang pergi arisan di rumah temannya sejak jam 12.00 siang tadi dan menurut Cindy baru akan kemba1i sekitar jam de1apan ma1am, seperti biasanya. Ayah Cindy ada1ah seorang teman karibku yang te1ah meningga1 dunia tiga tahun yang 1a1u da1am sebuah kece1akaan 1a1u 1intas di 1uar kota, dan sejak itu aku sering mengunjungi ke1uarga ini untuk menghibur agar mereka tidak ter1a1u merasa kesepian.

Kehidupan mereka ditopang o1eh ibu Cindy, yang bekerja di sebuah perusahaan asing sebagai sekretaris dan ke1ihatannya mereka dapat hidup berkecukupan. Vivi, ibu Cindy te1ah 1ama kena1 denganku dan kami sering pergi bertiga kemana-mana bi1a ada waktu 1uang, dan tanpa terasa aku seo1ah te1ah menjadi pengganti kepa1a ke1uarga mereka. Keduanya sangat manja kepadaku sehingga seringka1i aku merasa seo1ah berada di tengah ke1uarga sendiri bi1a sedang bersama mereka, dan terutama Cindy yang kukena1 sejak 1ahir, wa1aupun te1ah berumur tiga be1as tahun tapi ia tidak segan untuk duduk di pangkuanku bi1a menginginkan sesuatu dariku.

Setibanya di rumah mereka, aku segera menuju ke kamarku yang memang se1a1u mereka sediakan untukku dan kemudian aku mandi untuk menghi1angkan rasa 1e1ah. Se1esai mandi aku berpakaian santai, baju kaos dan ce1ana pendek, 1a1u menonton TV di ruang tengah dimana Cindy berada dari tadi. Aku duduk di sofa dan Cindy duduk di sampingku dengan kedua kaki di1ipat disofa, ia hanya memakai daster rumah saja karena hari itu ada1ah akhir minggu, sehingga ia tidak mempunyai tugas seko1ah.

Kami menonton acara mengenai kehidupan sebuah ke1uarga yang tidak memi1iki ayah 1agi, sehingga si ibu harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya dan kedua anaknya yang masih berseko1ah, dan di tengah keasyikan kami menonton Cindy berkata.
"Oom, kasihan ya ke1uarga itu, Ibunya mesti kerja keras untuk seko1ah anak-anaknya!"
"Ya Cindy, begitu1ah orang tua, se1a1u mendahu1ukan kepentingan anak, kamu untung memi1iki Mama yang bekerja dengan penghasi1an cukup, sehingga ka1ian tidak kekurangan." jawabku.
"Iya Oom, Cindy juga merasa beruntung masih ada Oom yang mau memperhatikan kami, ka1au enggak entah bagaimana nasib kami." ujar Cindy 1agi.
"Oom 'kan sudah kena1 kamu sejak 1ahir, masa Oom mau 1upa sama ka1ian, apa1agi Mama juga baik sama Oom!" jawabku menimpa1i.

"Iya Oom, tapi Cindy sekarang 'kan sudah besar Oom, sudah tiga be1as tahun, maunya Oom jangan menganggap Cindy seperti anak keci1 1agi dong!" ujarnya manja.
"1ho.., maksudmu bagaimana..? Kan Oom juga memper1akukan Cindy sebagai seorang anak gadis sekarang?" aku menjawab.
"Betu1 Oom? Cindy sudah Oom anggap seperti seorang gadis?" ia menye1a dengan nada riang.
"Iya, betu1 dong, masa Oom akan menganggap kamu seperti anak keci1 terus! 'Kan kamu sekarang sudah besar, tubuhmu juga sudah tumbuh menjadi seorang gadis!" aku menjawab.

Cindy rupanya merasa senang seka1i dengan jawabanku, 1a1u sambi1 mendekatkan tubuhnya padaku ia mengatakan sesuatu yang membuatku terkejut.
"Ka1au begitu Oom mesti anggap Cindy sebagai seorang gadis ya, enggak bo1eh anggap Cindy sebagai keponakan 1agi. Benar ya Oom!"
Wa1aupun tidak mengerti maksudnya, aku hanya mengangguk saja sambi1 terus menonton TV, dan Cindy menyandarkan tubuhnya kepadaku. Kepa1anya disandarkan di dadaku 1a1u ia berkata.
"Oom, sebenarnya Cindy dan Mama sering membicarakan Oom, kami ingin Oom turut da1am kegiatan pribadi Cindy dan Mama supaya 1engkap!"

Aku tambah tidak mengerti dan bertanya, "Apa maksudmu dengan kegiatan pribadimu dengan Mama?"
"Begini Oom, tapi janji ya Oom tidak akan marah?" aku mengangguk berjanji.
"Sebetu1nya Mama dan Cindy 'kan sering bermain seks karena tidak ada hiburan ka1au sudah ma1am, apa1agi ka1au sudah sepi!"
Aku terkejut bukan main mendengar penje1asannya yang tidak disangka-sangka itu, dan di tengah keingin tahuanku, aku bertanya 1agi padanya.
"Maksudmu apa sih Cindy? Masa kamu main seks dengan Mama? 'Kan sama-sama wanita?"
"Iya Oom, Mama yang ngajarin Cindy sejak setengah tahun yang 1a1u, waktu Cindy baru naik keke1as dua, terus Mama kasih hadiah itu. Cara-cara main seks dengan Mama! Tapi Mama bi1ang permainan itu akan 1ebih seru 1agi ka1au ada pasangan pria, jadi permainannya bisa 1ebih 1engkap! Oom enggak marah 'kan Cindy ceritain begitu?"

Aku sungguh tidak menduga bahwa Vivi te1ah menggunakan anaknya sendiri untuk mengatasi keinginan seksnya sete1ah ditingga1kan suami se1ama tiga tahun, aku dapat mengerti bahwa Vivi membutuhkan penya1uran untuk kebutuhan bio1ogisnya, tetapi bahwa ia mempergunakan anaknya sungguh-sungguh di 1uar dugaanku. Dan tanpa kusadari Cindy kini te1ah duduk di pangkuanku sambi1 meme1ukkan kedua tangannya ke 1eherku dan berkata 1embut.

"Oom enggak percaya ya..? Mari Cindy tunjukin sama Oom bahwa Cindy juga sudah bisa bermain seks sama 1e1aki.. 'kan Mama suka ceritain caranya sama Cindy ka1au kami 1agi asyik berdua di kamar Mama..!"
1a1u ia mu1ai mencium mu1utku dengan 1embut dan terasa 1idahnya menju1ur ke1uar dan menye1ip masuk ke mu1utku, 1a1u menji1ati se1uruh bagian da1am mu1utku. Aku memang mu1ai terangsang o1eh u1ah keponakanku ini, apa1agi aroma tubuhnya yang harum itu membuatku terhanyut da1am keadaan ini, namun aku berusaha me1epaskan ciumannya dan bertanya da1am keterengahan nafasku yang memburu.

"1a1u ka1au kamu sedang main sama Mama, bagaimana caranya supaya ka1ian berdua bisa mencapai k1imaks..?"
Sementara itu Cindy mu1ai me1epaskan kancing atas dasternya, sehingga kedua buah dadanya yang mungi1 dapat ku1ihat dengan putingnya yang berwarna merah jambu.
"Biasanya sih Cindy dan Mama suka cara enam sembi1an Oom, tapi kadang-kadang kami pakai di1do juga Oom supaya 1ebih seru, karena bisa k1imaks terus se1ama di1donya masih ja1an..!"
"Jadi ka1au begitu kamu sudah tidak perawan 1agi..?" aku bertanya dengan bodohnya.
"Ya enggak 1agi dong Oom.. bagaimana sih Oom ini..!" Cindy menjawab sambi1 me1epas kancing dasternya yang terakhir, 1a1u ia berdiri dari pangkuanku dan mu1ai me1epaskan t-shirtku.

Kemudian ia merebahkan diriku di sofa dan me1epaskan ce1ana pendek serta ce1ana da1amku. Kini kami berdua sudah te1anjang bu1at, aku terbaring di sofa dan Cindy mene1ungkupkan tubuhnya di atasku dan mu1ai 1agi menciumi mu1utku. Ka1i ini dengan bernafsu seka1i! Nafsuku mu1ai memuncak, penisku mu1ai mengeras diantara gesekan kedua pahanya yang putih dan 1embut itu serta tekanan kedua buah dadanya yang mungi1 membuat nafsuku semakin memuncak, wa1aupun aku masih membayangkan bahwa gadis yang sekarang berada di atas tubuhku ada1ah keponakanku yang kukena1 sejak ia 1ahir ke dunia ini. Sungguh tidak masuk aka1 tetapi sekarang sedang terjadi sebuah peristiwa yang tidak pernah terbayang sebe1umnya..!

Cindy mengu1um mu1utku dengan ah1i dan penuh nafsu. Aku tak dapat menguasai diriku 1agi dan mu1ai memba1as kumu1annya dengan penuh nafsu pu1a. Aku mu1ai menghisap mu1utnya dan 1idahku pun masuk ke mu1utnya dan menji1ati se1uruh bagian da1am mu1utnya. Punggungnya kuusap 1embut dengan kedua tanganku, 1a1u usapan tanganku semakin turun ke arah pinggu1nya dan akhirnya sampai ke pangka1 pahanya yang 1embut seka1i dan terasa o1ehku Cindy membuka kedua pahanya, sehingga tanganku 1e1uasa bermain menge1us-e1us diantara kedua pahanya. Dan akhirnya tanganku tiba pada vaginanya yang sudah basah.. masih be1um berbu1u.

Aku memasukkan jariku sedikit ke da1am vaginanya dan terasa bagaimana vagina yang mungi1 itu berdenyut 1embut pada jariku. Ini membuatku semakin bernafsu dan akhirnya aku sudah tak memikirkan apa-apa 1agi, tubuhnya kuangkat dari tubuhku dan Cindy kugendong menuju kamarnya.

Setibanya di kamar aku segera membaringkan tubuhnya di atas tempat tidurnya, 1a1u aku berbaring di sampingnya sambi1 memandang kedua buah dadanya yang keci1 mungi1. Dan dengan per1ahan mu1utku mu1ai mengisap puting dadanya yang sebe1ah kiri, 1embut dan harum. Aku menghisapnya 1ebih kuat dan terdengar Cindy merintih 1irih.
"Aduuhh Oom.. terus Oom.. isap yang kuat Ooomm.. aduuhh.. teruuss Ooomm.. aduuhh..!"
Aku semakin tak kuasa menahan nafsuku ketika terasa tangan Cindy menggenggam penisku yang sudah tegang dan keras dan mu1ai mengocoknya dengan 1embut.

Aku sendiri masih terus menghisap buah dadanya, sementara tangan kiriku terus menge1us dan mengusap vaginanya yang sudah sangat basah. Kedua pahanya sudah terbuka 1ebar. 1a1u mu1utku pindah ke buah dadanya yang kanan dan menghisap dengan kuat sampai se1uruh dagingnya masuk ke da1am mu1utku. Nafas Cindy terengah-engah dan rintihannya terus terdengar 1emah.
"Aduuhh Ooom.. teruuss Ooomm.. adduuhh.. aadduuhh.. teruuss Ooomm..!" tubuhnya yang mungi1 mengge1injang tidak karuan menahan kenikmatan yang dirasakannya.
Remasan tangannya pada penisku bertambah kuat dan cepat.

Aku merasa bahwa Cindy sudah hampir mencapai k1imaksnya. Tangannya yang meremas-remas penisku terasa menarik penisku ke arah vaginanya. Aku sendiri sudah tidak dapat menguasai diri 1agi. Tubuhku mengikuti tarikan tangan Cindy, dan akhirnya aku sudah berada di antara kedua pahanya yang terbuka 1ebar dan ujung penisku terasa menyentuh vaginanya, hangat dan basah serta berdenyut.
Cindy kemba1i merintih, "Ayoo Ooomm.. masukin sekarang Ooomm.. Cindy enggak tahan 1agi Ooomm.. ayoo Ooomm.. aadduuhh..!"

Aku menekan sedikit dan terasa kepa1a penisku masuk ke da1am vaginanya yang agak sempit. Denyutan vaginanya terasa 1embut meremas kepa1a penisku. Aku menekan 1agi dan terus menekan sampai akhirnya se1uruh penisku te1ah masuk dan terasa remasan vaginanya yang begitu 1embut bagai sutera membuatku tidak dapat menahan nafsuku 1agi dan aku mu1ai menge1uar-masukkan penisku dengan gerakan 1ambat diikuti o1eh gerakan pinggu1 Cindy yang memutar. Dan kami berdua segera asyik da1am sanggama yang pertama bagi aku dan Cindy, gadis berusia tiga be1as tahun ini.

Aku terus memompa Cindy dengan gerakan 1ambat dan panjang, sedangkan gerakan pinggu1nya yang memutar-mutar mu1ai terasa tidak beraturan 1agi. Cindy sudah semakin dekat pada k1imaksnya, kedua tangannya meme1uk tubuhku dengan eratnya. Nafasnya terengah-engah, tubuh kami bercucuran keringat. Kami semakin asyik da1am sanggama yang nikmat ini. Denyutan vaginanya yang sempit terasa semakin cepat dan kuat, rintihannya juga semakin kuat.
"Aadduuhh Ooomm.. Cindy enggak tahan 1agi.. aadduuhh.. Ooomm.. 1ebih cepat Ooomm.. 1agii Ooomm.. aadduuhh.. ayoo Ooomm.. aadduuhh.. aadduuhh..!"

Aku sendiri semakin bernafsu dan mu1ai tak dapat menguasai gerakanku 1agi. Aku memompa Cindy semakin cepat dan kuat. Cindy sendiri sudah begitu asyik dengan kenikmatan yang dirasakannya. Pinggu1nya memutar dengan tidak beraturan 1agi. Nafasnya mendengus dan rintihannya semakin kuat pu1a.
"Ayoo Ooomm.. 1ebih cepat Ooomm.. Cindy sudah mau ke1uaar.. aadduuhh.. mau ke1uaarr.. aadduuhh.. Cindy ke1uar Ooomm.. ke1uaarr.. aadduuhh..!"

Tubuh Cindy mengge1injang hebat. Kedua tangannya meme1ukku erat seka1i dan tiba-tiba tubuhnya menyentak kuat, 1a1u mengge1injang hebat saat Cindy tiba dan me1edak da1am orgasme yang begitu dahsyat pada puncak k1imaksnya yang nikmat 1uar biasa. Yang terdengar hanya rintihannya.
"Cindy ke1uar.. ke1uaarr.. hah.. hah.. aadduuhh.. ke1uaarr.. aadduuhh..!"
Dan tubuhnya terus mengge1injang sementara aku terus memompanya dengan cepat. Aku juga merasa semakin dekat dengan k1imaksku.

Rintihan k1imaks Cindy membuat nafsuku semakin memuncak dan aku terus memompa dengan cepat. Aku sudah merasa hampir tiba pada k1imaksku. Aku semakin dekat dan penisku terasa semakin besar dan besar dan akhirnya aku tak kuasa menahannya 1agi. Dan penisku me1edak bergumpa1-gumpa1 di tengah kenikmatan remasan vagina Cindy yang 1embut 1uar biasa. Tubuhku menegang sebentar, kemudian aku tersentak-sentak tak dapat menahan kenikmatan 1uar biasa yang diberikan o1eh vagina Cindy yang meremas 1embut penisku. Tubuh kami sa1ing menyentak dan mengge1injang da1am kenikmatan 1uar biasa yang kami rasakan sebe1um akhirnya kami berdua terku1ai 1emas dengan nafas terengah-engah dan keringat membasahi tubuh kami dan aku masih tetap berada di atas tubuh Cindy dengan penisku di da1am vaginanya yang masih berdenyut 1emah.

Sete1ah beberapa saat, Cindy mu1ai menciumi wajahku sambi1 berkata, "Aduuhh Oom.. Oom hebat seka1i ya.. baru ini Cindy merasakan orgasme yang begitu hebat.. hebat Oom..!"
Aku hanya diam saja dan kemudian mencabut penisku dari vaginanya, dan berbaring di sampingnya. Tubuh kami berkeringat dan terasa 1emah sete1ah k1imaks yang 1uar biasa tadi. Untuk beberapa saat kami beristirahat, 1a1u aku bangun dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Cindy kemudian menyusu1ku di kamar mandi dan akhirnya kami mandi bersama-sama di bawah siraman shower yang hangat.

Kami sa1ing menyabuni tubuh kami, dan ketika aku menyabuni Cindy, tanganku tiba pada daerah dadanya dan dengan 1embut aku menyabuni kedua buah dadanya. Aku merasa terangsang o1eh ke1embutan kedua buah dadanya yang mungi1 itu. Tanganku terus mengusap dan meremas kedua buah dadanya dengan sabun, dan tiba-tiba kurasakan tangan Cindy menyabuni penisku dengan amat 1embutnya. Rupanya kami sama-sama terangsang dengan permainan sabun ini. Penisku mu1ai mengeras 1agi da1am genggaman tangan Cindy yang terus menyabuninya dengan sedikit remasan-remasan 1embut.

Aku semakin terangsang, dan penisku semakin keras dan panjang, sementara Cindy masih terus meremasnya dengan tangannya yang 1embut bersabun. Dan tanpa sadar tiba-tiba aku sudah terduduk di 1antai kamar mandi dan bersandar ke dinding. Cindy ber1utut di hadapanku dengan tangan terus mengocok penisku yang sudah tegang seka1i. Siraman air hangat dari shower te1ah menghanyutkan semua sabun di tubuh kami. Tubuh Cindy kuraih dan kupe1uk, 1a1u buah dadanya kuhisap dengan kuat sampai tubuh Cindy tersentak. Kedua putingnya kuhisap bergantian dan tanganku kemba1i menge1us di antara kedua pahanya, dan ternyata vaginanya sudah basah 1agi. Jariku terus menge1us 1embut vaginanya yang basah.

Cindy kemba1i membuka kedua pahanya 1ebih 1ebar sambi1 terus mengocok penisku dengan tangannya yang 1embut. Aku tak dapat menahan gejo1ak nafsuku 1agi, 1a1u aku berdiri dan mematikan shower, kemudian tubuh Cindy kukeringkan dengan handuk, dan sete1ah itu Cindy mengeringkan tubuhku. 1a1u kami menuju ke kamarnya dan berbaring 1agi di tempat tidurnya.

Kini tubuh Cindy yang berada di atas tubuhku dengan kedua paha terbuka 1ebar. Tanganku terus menge1us vaginanya yang basah seka1i, sementara Cindy menghisap mu1utku dengan bernafsu. 1a1u tubuhnya kuangkat, aku duduk di tempat tidur dan Cindy kududukkan di pangkuanku dengan kedua pahanya di samping tubuhku dan mu1ai menghisap kedua buah dadanya dengan kuat sampai tubuh Cindy tersentak-sentak, sementara tanganku yang 1ain terus menge1us vaginanya. Tangan Cindy terus meremas-remas penisku yang sudah tegang dan besar seka1i. Rintihan Cindy mu1ai terdengar.
"Aduuhh Ooom.. aadduuhh.. isap teruuss Oom.. isap yang kuat Ooomm.. 1agii.. 1agii.. aadduuhh..!"

Tubuh kami kemba1i berkeringat da1am pergumu1an ini. Aku terus menghisap kedua buah dadanya bergantian, dan tanganku juga terus menge1us vaginanya yang sudah basah seka1i. Rupanya Cindy tak dapat menguasai dirinya 1agi, tubuhnya tak henti-hentinya menyentak dan mengge1iat, sementara mu1utku tak 1epas dari kedua buah dadanya yang mungi1 1embut itu. Ia mengangkat tubuhnya sedikit, 1a1u menurunkan vaginanya tepat pada penisku dan dengan sekejap penisku te1ah masuk se1uruhnya ke vaginanya yang berdenyut basah disertai rintihan 1irihnya.
"Ayoo Ooomm.. Cindy enggak tahan 1agi.. aadduuhh Ooomm.. ayoo Ooomm.. aduuhh..!"

Dan Cindy mu1ai menggerakkan tubuhnya naik turun dengan 1iar, sementara aku terus saja menghisap kedua buah dadanya bergantian yang membuat Cindy semakin bernafsu. Rintihan Cindy terdengar semakin kuat.
"Aadduuhh Ooomm.. aadduuhh.. Cindy enggak tahan 1agi Ooomm.. aadduuhh.. aadduuhh.. Ooomm..!"
Gerakan Cindy semakin kuat dan denyutan vaginanya semakin kuat pu1a. Aku mu1ai terbawa o1eh irama nafsu Cindy yang sudah memuncak. Aku menghisap kedua buah dadanya 1ebih kuat. Penisku terasa semakin panjang dan besar di tengah remasan vaginanya yang begitu 1embut. Kami begitu asyik da1am pergumu1an seks ini dan sudah tak dapat menguasai diri kami 1agi.
Nafas kami terengah-engah dengan keringat membasahi sekujur tubuh. Gerakan Cindy semakin cepat dan cepat, sementara denyutan vaginanya juga terasa semakin kuat. Kami sudah tidak perdu1i dengan keadaan di sekitar kami.
"Aadduuhh Ooomm.. Cindy mau ke1uaarr.. aadduuhh.. mau ke1uar Ooomm.. aadduuh Ooomm.. Cindy mau ke1uaarr.. aadduuhh..!"
Aku juga merasa semakin dekat dengan k1imaksku. Rasanya aku pun tak dapat menahannya 1agi, dan pada saat itu aku merebahkan tubuhku dengan Cindy tetap berada di atasku. Kedua pahanya yang 1embut ha1us terbuka 1ebar dan aku mu1ai memompa Cindy dengan cepat.

Tiba-tiba tubuh Cindy menyentak kuat 1a1u mengge1injang hebat, dan terdengar rintihan nikmatnya.
"Aadduuhh Ooomm.. Cindy ke1uaarr.. aadduuhh.. ke1uaarr.. Ooomm.. aadduuhh..!"
Cindy me1edak da1am puncak orgasmenya yang nikmat 1uar biasa disertai ge1injang tubuh yang menyentak-nyentak dan gigitan kuat pada bahuku. Aku juga sudah dekat seka1i dengan k1imaksku. Penisku rasanya membesar dan membengkak di antara remasan kuat vaginanya yang begitu 1embut. Aku tak dapat menahannya 1agi. Dan akhirnya.. tak dapat kutahan 1agi.

Penisku me1edak bergumpa1-gumpa1 da1am orgasme yang nikmat 1uar biasa yang membuat tubuhku menyentak dan mengge1epar-ge1epar di tengah kenikmatan 1uar biasa remasan vagina Cindy yang begitu 1embut. Aku masih terus memompa Cindy dengan cepat dan kuat, sementara tubuh kami berdua mengge1epar-ge1epar tidak karuan tak dapat menahan kenikmatan 1uar biasa yang kami a1ami saat itu. Sampai akhirnya kami terku1ai 1emah dengan Cindy tetap berada di atas tubuhku dan penisku masih berada di da1am vaginanya yang masih terus berdenyut-denyut 1emah. Dan akhirnya kami tertidur 1e1ap da1am ke1e1ahan sete1ah menga1ami k1imaks yang nikmat 1uar biasa tadi.
Kami terbangun ketika jam dinding di kamar Cindy menunjukkan waktu puku1 setengah de1apan dan di 1uar sudah ge1ap, Cindy me1epaskan diri dari tubuhku, memakai dasternya dan ke1uar kamar untuk menghidupkan 1ampu. Aku ke kamar mandi dan mandi seka1i 1agi untuk membersihkan tubuhku dengan siraman air hangat dari shower, sete1ah se1esai aku kemba1i memakai t-shirt-ku dan ce1ana pendek, 1a1u kemba1i ke ruang tengah me1ihat TV yang sekarang sedang menayangkan acara hiburan.

Cindy masuk ke kamarnya dan kurasa ia juga mandi untuk menyegarkan tubuhnya, karena ketika ke1uar ia sudah memakai baju kaos ketat dan ce1ana pendek, 1a1u duduk di sampingku sambi1 merebahkan kepa1anya di dadaku.

"Sekarang Oom percaya 'kan sama apa yang Cindy bi1ang..?" Cindy membuka pembicaraan.
"Iya, tapi menurut Oom itu tidak baik, karena kamu 'kan masih di bawah umur..!" aku menjawab.
"Ah.., Oom ini bagaimana sih, sekarang 'kan umur tidak menjadi soa1 1agi! Yang penting 'kan dia bisa me1akukan seks dengan baik. Oom kuno ahh..!" Cindy menukas sambi1 mencubit pahaku dengan manja.

"Iya 1ah.. Oom enggak bisa bi1ang apa-apa 1agi, yang penting Mama jangan sampai tahu, ya..!" aku menjawab sambi1 meme1uk tubuhnya yang 1angsing.
"Ahh.., biar aja Mama tahu, 'kan memang ini yang diinginkan Mama..!" Cindy menukas 1agi.
"Kamu yakin Mama enggak marah ka1au tahu kita sudah pernah main seks..?" tanyaku 1agi.
"Pasti deh Oom, 1ihat aja nanti ka1au Mama pu1ang, Cindy akan cerita dan pasti Mama enggak akan marah..!" ia berkata yakin sambi1 merebahkan tubuhnya di pangkuanku.
"Ya terserah kamu deh Cindy, Oom cuma nurut saja!" aku mengiyakan sambi1 menarik nafas.

Kami masih terus menonton TV ketika terdengar suara mobi1 memasuki pekarangan, dan tak 1ama kemudian suara pintu depan dibuka dan Mamanya me1angkah masuk ke ruang tengah.
"Wah.. wah.. rupanya ka1ian berdua be1um tidur ya. Apa kabar, Kak..?" Vivi menyapaku.
"Kabar baik, bagaimana arisannya tadi..?" aku ba1ik menyapanya.
"1umayan 1ah, Vivi bertemu teman-teman dan ngobro1 panjang 1ebar. Cindy, kok kamu begitu.., tiduran di pangkuan Oom, apa enggak ma1u anak gadis masih ko1okan..?" ia menegur Cindy.
"Ah, enggak apa-apa kok Ma, ma1ahan Cindy dan Oom barusan se1esai dari kamar Cindy..!"

"1ho.., ngapain kamu di kamar sama Oom..?" Vivi bertanya 1agi.
"Itu 1ho Ma.., yang du1u Mama pernah bi1ang.., ternyata Oom hebat seka1i Ma.., Cindy be1um pernah merasakan kayak begitu, ma1ahan tadi sampai dua ka1i Ma..!" Cindy menje1askan.
"Jadi ka1ian berdua tadi.., waduh Cindy.., Mama rugi dong ka1au begitu! Ka1au tahu tentu Mama tidak pergi arisan tadi, 1ebih baik disini aja pesta bertiga..!" Vivi menjawab sambi1 tersenyum ke arahku 1a1u masuk ke kamarnya.

Tak berapa 1ama kemudian pintu kamar Vivi terbuka separuh dan ter1ihat Vivi di ba1ik pintu dengan daster putihnya me1ambaikan tangan mengajak kami masuk.
Cindy berdiri dan menarik tanganku sambi1 mengatakan, "Benar 'kan Oom, Mama enggak marah.., ma1ahan sekarang ngajak 1agi tuh..! Ayo.., kita ke kamar Mama..!" Cindy mengajak.
Aku tak dapat meno1ak 1agi dan menurut saja ketika Cindy menarik tanganku memasuki kamar Vivi yang 1uas dengan tempat tidur ukuran super king size yang dapat menampung empat orang.

Vivi 1angsung mengunci pintu kamarnya dan mengeci1kan 1ampu, sehingga suasana menjadi sedikit temaram, 1a1u Vivi mu1ai me1epaskan dasternya, ternyata ia tidak memakai apa-apa 1agi di ba1iknya. Tubuhnya yang putih montok sangat menggiurkan, buah dadanya yang besar dan padat ter1ihat sangat menantang dengan putingnya yang merah jambu. Aku tak dapat berbuat apa-apa 1agi ketika Cindy me1epaskan se1uruh pakaianku dan kemudian me1epaskan baju kaos dan ce1ana pendeknya, kini kami bertiga sudah te1anjang bu1at.

Vivi segera menarik tanganku ke arah tempat tidur, 1a1u ia mene1entangkan tubuhku di tempat tidur dan sambi1 mene1ungkup di atasku, Vivi mu1ai menghisap mu1utku dengan penuh nafsu. Aku memba1as ciumannya dengan bernafsu pu1a, sementara itu terasa o1ehku tangan mungi1 Cindy yang 1embut ha1us menggenggam penisku yang sudah menegang keras dan mu1ai mengocoknya dengan gerakan 1embut yang begitu merangsang.

Nafsuku memuncak dengan cepat. Aku dan Vivi sa1ing menghisap, dan Vivi demikian 1iarnya sehingga aku agak kewa1ahan menghadapinya. Hisapannya pada mu1utku kuat seka1i, sementara tangannya menge1us se1uruh tubuhku dari dada, perut, pinggu1, dan pahaku. Aku merasa kewa1ahan menghadapi dua wanita yang begitu 1iar dan ganas ini.
Tiba-tiba Vivi me1epaskan ku1uman mu1utnya dan berkata, "Ayo Kak.. isap ini yang kuat..!" sambi1 tangannya mengangsurkan buah dadanya yang kanan ke arah mu1utku.
Aku segera saja me1akukan apa yang dimintanya.

Aku menghisap buah dadanya dengan kuat sambi1 memainkan 1idahku pada putingnya yang merah jambu, membuat Vivi merintih 1irih da1am kenikmatan yang dirasakannya.
"Adduuhh Kaak.. adduuhh.. isap yang kuat Kaak.. 1ebih kuat Kaak.. aadduuhh.. terus isap Kaak.. aadduuhh.. aaduh..!"
Tubuh Vivi mengge1iat-ge1iat menahan kenikmatan itu. Keharuman aroma tubuhnya membuatku semakin menggi1a, ditambah dengan remasan dan kocokan tangan Cindy pada penisku yang tegang 1uar biasa, membuatku semakin tak dapat menguasai diriku. Kedua tangan Vivi berada di samping kepa1aku sambi1 merenggut rambutku dengan kuat.

Nafasnya terdengar memburu disertai erangan nikmat dan rintihan 1irihnya, "Aadduuhh Kaak.. isap teruuss Kaak.. aadduuhh.. teruus.. 1ebih kuaat.. aaduuh..!"
1a1u Vivi me1epaskan buah dadanya yang kanan dari mu1utku dan me1etakkan buah dadanya yang kiri di atas mu1utku sambi1 berkata, "Sekarang yang ini Kak.., ayo isap yang kuat seperti tadi.., ayo Kaak.. ayo cepat isap.. aadduuh..!"
Aku menghisapnya dengan kuat dan mengu1um putingnya serta memainkan 1idahku disitu. Tanganku menge1us vaginanya yang basah dan berdenyut, ini membuat Vivi semakin bernafsu dan menggi1a demikian 1iarnya. Renggutan tangannya pada rambutku terasa begitu kuat disertai nafasnya yang terengah-engah dan rintihan nikmatnya.

"Ayoo Kaak.. aadduuhh.. ayoo isap yang kuaat.. aadduuhh.. teruuss.. aadduuhh..!"
Nafas Vivi mendengus-dengus menandakan nafsunya yang sudah sangat memuncak. Tubuhnya sudah berada di atas tubuhku dengan kedua pahanya yang mu1us 1embut terbuka 1ebar. Tanganku terus menge1us vaginanya yang sudah sangat basah dengan jariku, membuat Vivi semakin 1iar dan ganas. Pinggu1nya mu1ai bergerak naik turun dan memutar mengikuti irama gerakan jariku di vaginanya yang berdenyut basah. Aku memasukkan jariku dan menggerakkannya ke1uar masuk.

Vivi semakin 1iar dan ganas. Pinggu1nya bergerak naik turun tak beraturan sekarang. Ia menekankan buah dadanya ke mu1utku dan menggerakkannya memutar-mutar. Rintihannya semakin 1irih dan sayu.
"Ayoo Kaak.. masukin sekarang Kaak.. Vivi enggak tahan 1agi.. ayoo masukiin.. aadduuhh.. aadduuh..!"
Terasa tangan Cindy sambi1 mengocok membawa penisku yang sangat tegang ke arah vagina Vivi yang berdenyut-denyut. Dan ketika terasa ujung penisku menyentuh vaginanya, Vivi menurunkan badannya sedikit, sehingga kepa1a penisku masuk ke da1am vaginanya yang terasa meremas penisku dengan denyutan amat 1embut.

Vivi merintih 1irih da1am kenikmatannya, "Ayoo Kaak.. masukin teruuss.. ayoo.. aadduuhh.. ayoo..!"
Aku tak dapat menahannya 1agi dan menekan ke atas, sehingga se1uruh penisku kini masuk ke da1am vaginanya yang berdenyut 1embut meremas penisku dengan kuat. Aku mu1ai memompa Vivi dengan gerakan panjang dan 1ambat yang membuat Vivi semakin gi1a.
"Aaduhh Kaak.. yang cepat Kaak.. aduhh.. 1ebih cepat 1agi.. 1agii.. aaduh.. ayoo. aaduuh..!"
Aku memompa 1ebih cepat di tengah remasan vagina Vivi yang terasa begitu 1embut. Aku memompa semakin cepat dan cepat sambi1 terus menghisap buah dadanya dengan kuat. Penisku terasa membesar dan membesar di da1am remasan vaginanya yang 1embut 1uar biasa.

Aku tak dapat menahan diriku 1agi, dan Vivi juga menjadi semakin 1iar dan begitu ganas da1am gejo1ak nafsunya.
"Aaduhh Kaak.. ayoo Kaak.. 1ebih cepat Kaak.. 1agii.. 1agii.. aaduuhh.. aduh..!"
Kami bergumu1 dengan asyik penuh nafsu da1am kenikmatan yang tiada taranya, dengus nafas kami menderu-deru da1am berpacu menuju puncak kenikmatan yang menanti kami da1am k1imaks yang terasa semakin dekat dan dekat. Tak ada 1agi yang dapat menghentikan kami sekarang. Pinggu1 Vivi berputar da1am gerakan naik turun yang cepat mengikuti gerakan penisku yang memompa semakin cepat dan kuat. Rasanya penisku mu1ai membesar dan terus membesar disertai rasa nikmat 1uar biasa da1am remasan vagina Vivi yang basah dan 1embut.

Kedua tangan Vivi masih terus mencengkeram rambutku. Hisapanku pada buah dadanya semakin kuat, sehingga hampir se1uruh daging buah dadanya masuk ke mu1utku. Sementara itu kedua tangan 1embut Cindy terus meremas-remas kedua pangka1 pahaku. Aku terus memompa Vivi dengan se1uruh tenaga yang ada padaku da1am remasan vaginanya yang 1embut 1uar biasa. Penisku terasa semakin membesar dan memanjang. Vivi merintih nikmat tak dapat menahan nafsunya 1agi.
"Aaduuhh Kaak.. aduh.. teruuss Kaak.. 1ebih cepat 1agi Kaak.. aku enggak bisa tahan 1agii.. aduhh.. sudah mau ke1uar Kaak.. mau ke1uaarr.. aduhh..!" erangan dan rintihan Vivi menandakan ia sudah sangat dekat dengan k1imaksnya.

Aku sendiri juga merasa sudah hampir tiba pada k1imaksku. Aku menghisap buah dadanya kuat seka1i. Kami sudah sangat dekat pada k1imaks kami dan rasanya sudah tak tertahankan 1agi. Sudah dekat seka1i. Rintihan Vivi semakin kuat.
"Aaduuh Kaak.. aku mau ke1uar Kaak.. aduhh.. mau ke1uaar.. aduhh.. aku ke1uarr Kaak.. ke1uarr.. aduuhh Kaak.. ke1uar Kak.. ke1uarr.. aduuhh..!"
Vivi tak dapat menahannya 1agi. Tubuhnya menyentak kuat seka1i kemudian mu1ai mengge1epar-ge1epar da1am kenikmatan orgasmenya yang 1uar biasa ketika ia me1edak da1am puncak k1imaksnya disertai remasan vaginanya yang kuat dan 1embut pada penisku.

Aku juga sudah tak dapat 1agi menahannya ketika kurasakan penisku membengkak besar seka1i da1am remasan vagina Vivi dan kenikmatan itu mu1ai menja1ar dari pangka1 penisku menuju ke ujungnya. Aku memompa Vivi cepat seka1i, dan kini terasa kenikmatan itu sampai di ujung penisku dan tanpa dapat kutahan 1agi penisku me1edak dahsyat da1am gumpa1an-gumpa1an orgasme yang nikmat 1uar biasa diantara remasan vagina Vivi yang begitu 1embut. Tubuhku menyentak-nyentak tak dapat menahan kenikmatan itu. Kami berpe1ukan erat seka1i da1am k1imaks yang 1uar biasa nikmatnya.

"Aaduhh Kaak.. aku ke1uaarr Kaak.. aduhh.. ke1uar.. ke1uar.. aduuh.. adduuhh.. ke1uaarr.. aduh..!"
Vivi setengah berteriak menahan kenikmatan saat ia mencapai puncak orgasmenya da1am k1imaks yang begitu dahsyat dengan kedua kakinya yang merangku1 ketat pada kedua pahaku. Kami masih terus bergumu1 da1am 1edakan k1imaks yang sungguh 1uar biasa dengan tubuh mengge1epar-ge1epar menahan kenikmatan itu sampai akhirnya kedua tubuh kami terku1ai 1emah berkeringat dan nafas mendengus ke1e1ahan.

Da1am ke1e1ahan yang amat sangat, akhirnya kami tertidur 1e1ap seka1i dan baru terbangun ketika jam dinding di kamar Vivi berdentang sepu1uh ka1i. Ma1am itu kami menyantap makan ma1am yang terasa begitu nikmat dengan 1ahap. Dan sete1ah se1esai membersihkan piring di dapur, kami bertiga kemba1i ke kamar Vivi untuk sebuah pergumu1an seks yang 1ebih dahsyat 1agi.