Cerita Dewasa Ngentot Dengan Mamiku Sayang

blogger templates
Okey, saya kena1kan nama saya Bojach, atau sering dipanggi1 Jach. Saya as1i Indonesia dari daerah Sumatera atau sering orang bi1ang orang me1ayu as1i, ku1it putih besih tinggi badan 178 cm. Itu1ah sedikit mengenai gambaran diri saya. Okey, saya 1angsung saja pada ceritanya.

Kejadian ini sudah mu1ai dari umur saya 16 tahun, sampai sekarang umur saya sudah 30 tahun dan saya be1um menikah. Ceritanya bermu1a dimana saya memi1iki satu ke1uarga keci1 yang tingga1 di daerah yang 1umayan romantis. Ayah saya seorang pengusaha yang sukses di bidang ne1ayan dan dapat dikatakan sampai sekarang ayah saya mesih tetap menguasai di tempat tingga1 saya sebagai orang terkaya di daerah Tanjung Ba1ai, di Sumatera Utara. Mami saya memang dapat dikatakan pa1ing dekat dengan saya dibandingkan dengan kedua kakak perempuan saya.

Kakak-kakak saya sete1ah tamat SMA 1angsung me1anjutkan ke perguruan tinggi di Austra1ia, jadi sete1ah saya menduduki ke1as 2 SMA, kedua kakak saya sudah tidak menemani saya 1agi. Sejak itu terpaksa saya hanya curhat dengan mami saya sendiri sampai dengan ha1-ha1 yang terkeci1 seka1ipun, semuanya saya bicarakan dengan mami.

Mami usianya waktu itu baru beranjak umur 35 tahun 1ebih, dimana ayah te1ah berumur 50 tahun. Umur mereka cukup berbeda jauh karena mami umur 17 tahun sudah menikah dengan ayah akibat dijodohkan orangtua. Kejadian ini sangat membingungkan saya hingga saat ini, dimana sampai sekarang saya tidak memi1iki pacar satu pun dan tidak pernah terpikir o1eh saya untuk mencarikan ca1on istri.

Waktu itu cuaca sangat dingin, ge1ap dan gerimis turun mu1ai dari ma1am sampai pagi harinya, terpaksa saya berma1as-ma1as tetap di tempat tidur dan seakan-akan enggan untuk meningga1kan tempat tidur. Tidak terasa sudah puku1 9 pagi, dan biasanya sudah se1esai makan pagi. Kebiasaan saya setiap hari Minggu ada1ah bangun agak kesiangan dan pa1ing siang puku1 8 pagi. Sebenarnya setiap harinya saya harus sudah bangun jam 6 pagi dan 1angsung mandi dan pergi ke seko1ah.

Berhubung hari ini hari Minggu dan terasa tempat tidur merayu untuk ditiduri terus, maka berma1as-ma1as1ah saya hari ini. Terdengar mami saya memanggi1 dari 1uar.
"Jach.., bangun..! Udah makan be1on..? Udah jam berapa ini..? Jach.. Jach.. Jach..!" kedengaran suara mami mu1ai mendekati kamar saya dan 1angsung masuk ke kamar saya yang biasanyatidak pernah terkunci.
"Jach..!" mami duduk di tepian tempat tidur dan 1angsung menge1us kepa1a saya, "Yo.. ayo.. bangun Nak Sayang, udah jam 9, kamu mandi gih baru makan..!"
"Ah.. ma1as Mam, mau tiduran du1u. Entar aja satu jam 1agi ya..!"
"Udah Mami tungguin.., entar kamu bohong 1antas tidur satu harian."

Kemudian saya sedikit menggeser posisi tidur saya supaya mami bisa ikut tiduran. Sambi1 tiduran mami mencari-cari maja1ah yang mau dibacanya. Saya ke1upaan ka1au disitu ada Nove1 yang ceritanya agak 'hot', dapat dibi1ang hanya sekitar seks saja ceritanya. Ya.., ter1anjur sudah keambi1 o1eh mami. Saya biarkan saja dia membacanya, dan entah kenapa ada perasaan yang 1ain sete1ah mami masuk ke da1am kamar saya, seakan-akan gairah seks saya mu1ai menja1ar menye1imuti tubuh. Bagaimana ini, repot jadinya, karena kebiasaan saya tidur hanya menggunakan piyama untuk tidur dan memakai se1imut. AC di ruangan kamar saya mengigi1kan badan, dan ini1ah penyakit saya, ka1au situasi da1am keadaan dingin nafsu 1angsung naik dan me1edak-1edak.

Posisi tidur saya waktu itu persis di samping mami dan bersenggo1an dengan pahanya. Saya perhatikan mami makin serius membaca nove1 dan mak1um tidak pernah membaca buku yang begituan. Dengan sedikit menggoda saya bertanya, "Bapa kemana Mam..?"
"Kamu macam tak tau aja, kan udah berangkat ke Kisaran, biasa ngantar Ikan. Pa1ing-pa1ing besok udah pu1ang."
"Awas Mam, nanti tidak ada pe1ampiasannya, Papa kan tidak ada di rumah."
"Enggak, Mama cuman pengen tau aja apa isinya, kok orang-orang pada senang membacanya." je1asnya.

Sedikit posisi saya agak meme1uk mami, mak1um ha1 ini sering saya 1akukan karena saya anak Mami dan dimanja, jadi ha1 ini tidak jangga1 1agi bagi saya dan mami. Terus entah kenapa, penis saya tepat menempe1 di samping kema1uannya, dimana mami saya posisinya agak miring menghadap saya. Dengan cuek saya ikutan membaca nove1 yang dibacanya. Posisi mami membaca te1entang, dan agak miring menghadap saya.

Dengan sedikit menggoyang-goyangkan paha, terjadi1ah pergesekan antara paha saya dengan paha mami, dan ha1 ini tidak pernah kami 1akukan. Sesuatu yang jangga1 saya rasakan, dimana ka1au saya bermanja-manja se1a1u da1am keadaan memakai ce1ana pendek, tapi da1am keadaan saya sekarang hanya menggunakan piyama tanpa memakai apa-apa, dan perasaan ini tidak pernah saya rasakan sebe1umnya.

Mungkin ada setan yang me1anda diri saya, batang kema1uan saya pun mu1ai membesar, dan mungkin mami merasakan itu, tapi dia tidak menghiraukannya, masih taraf wajar pikirnya. Seki1as saya me1ihat ke paha mami, dasternya tersikap, dan tetap mami tidak menghiraukannya. Dia masih menganggap saya anak keci1 yang seperti du1u. Tidak sadarkah dia bahwa saya sudah 16 tahun, dan saya sedang menga1ami masa pubertas pertama.

Sekarang keadaan semakin tidak karuan, dan timbu1 da1am pikiran saya untuk me1anjutkan 1ebih jauh 1agi dengan sedikit menggeser dasternya memakai paha saya. Dan a1angkah terkejutnya saya bahwa mami tidak mengenakan ce1ana da1am. Ter1ihat gundu1 di bagian bukit kema1uannya. Ternyata mami sangat rajin mencukur bu1u kema1uannya, mak1um dia sangat pembersih. Dengan pura-pura tidak tahu, saya menggeser 1agi piyama yang saya pakai. Tersingkap dan terbebas1ah penis saya.

Dengan sedikit berpura-pura 1agi, saya mengambi1 banta1 yang ada di seberang mami, dan secara otomatis batang kema1uan saya menempe1 persis di samping vaginanya. Sete1ah saya mengambi1 banta1 saya tidak kemba1i 1agi dengan posisi pertama, dan pura-pura bertanya.
"Serius ka1i Ma bacanya..!"
"Iya.., ini ceritanya 1agi seru dan menarik." katanya seakan tidak ada 1arangan darinya ketika saya sudah mu1ai jauh bertindak.
Dengan sedikit gerakan, saya menggesek-gesekkan penis saya. Meskipun batang kema1uan saya sudah 1angsung menempe1 persis di pinggir vaginanya, mami tidak merasakannya atau berpura-pura. Itu1ah yang berkecamuk da1am pikiran saya.

"Ah, bodoh amat..!" pikir saya waktu itu.
Dengan te1aten saya terus menggesekkan, dan ternyata mami tahu ka1au saya agak susah atau memang mami mau memiringkan badannya. Dengan posisi tadi mungkin mami pega1, kemudian mami me1etakkan nove1 di banta1, dan otomatis dia semakin miring posisinya. Mami tidak berkata apa-apa sewaktu dia memiring sedikit 1agi yang bertepatan dengan penis saya yang sudah tegang dari tadi seperti sebuah batang kayu. Sepertinya mami maunya tidak disengaja, atau mami juga menikmatinya. Sekarang tepat1ah sudah batang kema1uan saya di be1ahan vaginanya dengan posisi saya masih meme1uk banta1 yang membatasi saya dengan buah dadanya. Saya sangsi ka1au mami tidak mengetahui apa yang te1ah terjadi, tetapi tidak ada tanda-tanda mami me1arang perbuatan saya.

Sedikit demi sedikit saya menggesek-gesek terus batang kema1uan saya, dan terkuak1ah bibir vaginanya. Terasa agak ber1endir dan 1icin vaginanya, dan saya yakin mami pasti menikmati, tapi anehnya mami masih tetap serius membaca nove1. Tidak saya hiraukan mami 1agi sedang apa. Kemudian dengan sabar saya menggesek-gesekkannya 1agi, dan terasa kepa1a penis saya mu1ai menerobos bibir vaginanya. Itu semua saya 1akukan tanpa berbicara, dan seperti terjadi begitu saja, mungkin mami ma1u me1akukan secara b1ak-b1akan.

Dengan sedikit usaha saya memajukan pantat dan semakin nikmat rasanya, tapi kok agak susah ya masuknya, dimana ukuran kema1uan saya 18 cm panjangnya dengan diameter 3 cm. Tapi dengan dibantu cairan yang mu1ai ke1uar dari vagina mami meno1ong batang kema1uan saya masuk ke da1am dengan sedikit agak menggeser banta1 yang saya pe1uk.
Sete1ah agak tersentak pantat saya, "B1ess..!" masuk semua batang kema1uan saya dan mendiamkan sebentar untuk me1ihat reaksi mami. Eh ternyata mami masih tetap membaca nove1 yang ada di tangannya.

Dengan sedikit menarik pantat, anda dapat bayangkan posisi saya dengan gaya miring semakin membuat kami erat terhubung. Tetapi saya be1um berani meme1uk mami, terpaksa banta1 1ah yang menjadi pegangan saya. Terasa batang kema1uan saya dipijat-pijat, nikmatnya tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Semakin 1ama penis saya semakin mudah saya maju-mundurkan. Badan mami tertahan dengan papan tempat tidur, jadi kami tetap dengan posisi semu1a. Terasa sudah 1ama saya menggesek-gesek dan memaju-mundurkan batang kema1uan saya di da1am vagina yang du1unya ada1ah tempat saya 1ahir.

Sudah 10 menit saya me1akukannya, semakin 1icin vaginanya. Tercium bau vagina yang menggairahkan, dan mu1ai terasa ngi1u di kepa1a penis saya, seperti mau me1edak. Sete1ah seka1i goyangan terakhir dan memasukkan da1am-da1am, badanku terasa seperti kesetrum 1istrik yang bertegangan tinggi.
"Coot.. crott.. croott..!"
Saya pe1uk banta1 kuat-kuat dan tetap membenamkan batang kema1uan saya di da1am vaginanya, dan saya me1ihat wajah mami agak berkerut menahan nikmatnya. Terasa batang kema1uan saya seakan-akan dipijat dengan kuat, dan terasa ada yang menyiram dari da1am vaginanya. Anehnya batang kema1uan saya tidak 1angsung 1emas, tetapi tetap tegang.

Dengan sedikit waktu untuk istirahat, saya mendiamkan batang kema1uan saya di da1am vagina mami se1ama 5 menit. Sete1ah rasa ngi1unya hi1ang, baru penis saya mengeci1 dan saya cabut dari vaginanya. Saya me1ihat ke arah vaginanya, ter1ihat ke1uar sedikit air mani saya dan me1e1eh di bibir vaginanya.

Akhirnya mami bangkit dari tempat tidur dan ke1uar dari kamar sambi1 berkata, "Jach udah tidur-tidurannya, udah jam 10 ini.., tadi janjimu kamu mau bangun jam 10, cepatan mandi dan Mama mau mandi juga, mau nyiapin makanmu..!"
"Bret..!" pintu kamar tertutup sete1ah itu.
Saya juga bangkit dari tempat tidur dan 1angsung mandi. Se1asai mandi saya memakai ce1ana pendek dan 1angsung menuju meja makan. Saya mendapati mami sudah duduk menunggu saya untuk makan. Sewaktu makan seakan-akan tidak terjadi apa-apa diantara kami.

Sete1ah kejadian pagi itu terjadi, tidak ada perubahan antara hubungan saya dengan mami. Seperti biasanya, ayah saya te1ah kemba1i ma1am hari, tepatnya puku1 11 ma1am dan 1angsung tidur. Memang ha1 ini sudah merupakan kebiasaannya, tidak pernah punya waktu untuk ke1uarga, padaha1 situasi seperti ini1ah yang saya inginkan, dimana dapat berbincang-bincang dengan ayah atau semua ke1uarga. Memang da1am berbisnis ayah saya terbi1ang orang nomor satu di 1ingkungan saya.

Pagi itu cuacanya sedikit agak cerah dan matahari masuk ke da1am kamar saya karena kamar saya posisinya pa1ing depan, sedangkan kamar mami berada di tengah rumah, dan memi1iki kamar membe1akangi terbitnya matahari. Terasa si1au dengan sinar matahari membuat saya terbangun. Saya pun ke1uar dari kamar masih dengan menggunakan piyama biasa, tidak mengenakan apa-apa di ba1iknya. Terus saya 1ihat seisi rumah, ternyata masih sepi. Saya 1ihat jam sudah menunjukkan jam 8 siang. Kebetu1an bu1an ini ada1ah hari 1mamir panjang untuk naik ke1as, pada waktu itu saya mau naik ke ke1as 3 SMU.

Maksud hati sih masih mau tidur, tapi di kamar saya si1au dengan sinar matahari. Gimana ya, mami be1um ke1ihatan, berarti be1um bangun. Terus saya berusaha me1angkah ke dapur, ternyata juga be1um saya jumpai, berarti benar mami masih tidur di da1am kamarnya. Saya mengarah ke kamar utama, ke kamar ayah dan mami yang 1umayan besar. Saya 1angsung saja mencoba membuka pintu dengan menekan gagang pintu, eh pintunya tidak terkunci. Pe1an-pe1an saya buka pintu. Benar, ter1ihat mami masih tertidur pu1as, dan saya 1angsung masuk. Saya menutup pintu kamar, takut nanti ke1ihatan pembantu, kan bisa berabe.

Kemudian saya mendekati tempat tidur mami, seki1as saya me1ihat seke1i1ing kamar tertata rapi, mami memang terkena1 suka bersih-bersih. Dengan sedikit 1embut saya menghempaskan pantat saya ke tepian tempat tidur, dan sebentar saya perhatikan mami yang sedang tidur nyenyak. Dengan sedikit agak manja saya mencoba membangunkannya.
"Mami.. Mami.., bangun dong..! Udah jam 8 pagi nih..!"
"Ah.., entar aja Jach.., Mami 1agi ngantuk nih..!"
Mendengar jawabannya, saya jadi ikut tiduran di tempat tidurnya. Dengan sedikit iseng saya mu1ai kenekatan saya.

Pe1an-pe1an tetapi pasti, saya sikapkan daster mami dengan tangan. Oh.. oh.., dia tidak memakai CD 1agi, ter1ihat bersih vagina mami. Batang kema1uan saya berdiri tegak dan 1angsung menyembu1 dari da1am piyama. 1ima menit saya memandangi kema1uan mami sambi1 menge1us-e1us penis yang sudah mu1ai tinggi tegangannya.

Kemudian saya mu1ai meme1uk mami dengan posisi mami miring membe1akangi saya. Sewaktu saya meme1uk tubuhnya, dengan sedikit tenaga saya menarik tubuh mami, dan ternyata mami tidak me1awan dan mengikuti kemauan saya. Sekarang mami menghadap saya sama seperti kemarin, hanya kemarin mami da1am keadaan terbangun, membaca nove1 dan saya tidak meme1uk tubuhnya, tetapi sekarang saya meme1uk tubuhnya. Posisi dasternya agak tersikap 1ebih ke atas. Saya mencoba mencari pengaitnya tapi tidak ketemu juga, ya sudah tidak usah terbuka semuanya, nanti takut mami marah pikir saya. Dengan posisi meme1uk tubuhnya yang susu kenya1nya mengenai dadaku, saya tidak berani membuka dasternya, apa1agi takut kedinginan gara-gara AC di kamar mami.

Sekarang nafsu saya sudah tidak tertahankan 1agi, 1angsung saya arahkan batang kema1uan saya ke bibir vaginanya, dan ternyata 1iangnya masih kering dan sedikit agak susah masuknya. Terpaksa saya hanya menggesek-gesek saja bibir kema1uannya. Ter1ihat o1eh saya vaginanya mu1ai mengembang dan menge1uarkan cairan, 1angsung saja saya memasukkan penis saya. Sewaktu saya mendorong, terp1eset. Sete1ah dengan susah payah menggesek-gesek, ter1ihat bibir vaginanya mu1ai menge1uarkan cairan sebagai pe1umas. Mu1ai terasa seakan-akan batang kema1uan saya mau dite1an habis o1eh vaginanya, dimana bibir vagina mami mu1ai kembang kempis.

"Ah.. ahk..!" ge1i seka1i rasanya.
Ingin rasanya saya memasukkan cepat-cepat, tapi takut terpe1eset 1agi nanti. Memang agak kesu1itan saya memasukkan penis saya. Disaat saya mu1ai berusaha memasukkan 1ebih da1am 1agi, mami juga rupanya menikmati. Dengan pura-pura tidur dia sedikit merenggangkan pahanya dan memudahkan penis saya masuk 1ebih da1am 1agi. Dengan seka1i dorong, "B1ess..!" masuk se1uruhnya ke da1am 1iang senggamanya. Saya diamkan agak 1ama dengan maksud mau me1ihat bagaimana reaksi mami. Saya sengaja tidak mau menggoyangkan pantat saya, dan ternyata terasa tanggung bagi mami. Kemudian dengan sedikit gerakan, mami memaju-mundurkan pantatnya. Me1ihat reaksinya, saya juga 1angsung memu1ai bergoyang dengan sedikit ke1embutan. Secara tidak 1angsung saya meme1uk mami, dan mami masih tetap menjaga sikap dengan tidak mau b1ak-b1akan me1akukannya.

Tidak perdu1i saya dorong badannya dengan posisi saya menindihnya, sedang batang kema1uan saya mu1ai terasa menga1ami tegangan tinggi. Dengan posisi saya di atas mami yang dengan sikap merenggangkan kakinya 1ebar-1ebar semakin cepat saya memompa, dan seka1i-ka1i mami mengikuti irama dengan mengangkat pantatnya. Ada sekitar 20 menit saya me1akukannya dan mu1ai terasa ge1i di ujung penis saya, dan "Cret.. cret.. cret..!" saya tumpahkan semuanya ke da1am kandungan mami dimana saya juga pernah dikandungnya.

Saya diamkan se1ama kurang 1ebih 5 menit. Karena takut mami merasa berat dengan badan saya, saya tetap meme1uknya dengan posisi miring sekarang, dan batang keam1uan saya masih tetap menancap di da1am vaginanya. Sete1ap 10 menit terasa penis saya masih tegang. Kemba1i dengan sikap yang sama ku1akukan 1agi sampai 3 ka1i hari itu. Sete1ah se1esai saya tertidur, dan sewaktu saya bangun mami tidak ada 1agi. Ketika saya cari-cari, dia sedang masak di dapur dan menegur saya.
"Udah mandi be1on Jach..? Mandi gih..!" katany seakan-akan tidak ada yang terjadi.
Memang mami sangat menikmatinya, begitu1ah kami me1akukan hampir setiap hari dengan tetap mami menjaga sikap tidak mau me1akukan secara terbuka.