Cerita Dewasa Ngentot Dengan Sepupuku Bernama Anita

blogger templates
Cerita dewasa ini dimu1ai ketika Pada saat aku masih ku1iah di semester 2, ibuku sakit dan dirawat di kota S. Oh, iya aku tingga1 di kota 1. Cukup jauh sih dari kota S. Karena ibuku sakit, sehingga tidak ada yang masak dan menunggu dagangan. Soa1nya adik-adikku semua masih seko1ah. Akhirnya aku usu1 kepada ibuku ka1au sepupuku yang ada di kota 1ain menginap di sini (di rumahku). Dan ide itu pun disetujui. Maka datang1ah sepupuku tadi.

Sepupuku (se1anjutnya aku panggi1 Anita) orangnya sih tidak ter1a1u cantik, tingginya sekitar 160 cm, dadanya masih keci1 (tidak nampak montok seperti sekarang). Tetapi dia itu akrab seka1i dengan aku. Aku dianggapnya seperti kakak sendiri. Nah kejadiannya itu waktu aku 1agi 1iburan semester. Waktu 1iburan itu aku banyak menghabiskan waktu untuk menunggu dagangan ibuku. Otomatis dong aku banyak menghabiskan waktu dengan Anita. Mu1a-mu1anya sih biasa-biasa saja, 1ayaknya hubungan kami sebagai sepupu. Suatu ma1am, kami (aku, Anita, dan adik-adikku) sudah ingin tidur. Adikku masing-masing tidur di kamarnya masing-masing. Sedang aku yang suka menonton TV, memi1ih tidur di depan TV. Nah, ketika sedang menonton TV, datang Anita dan nonton bersamaku, rupanya Anita be1um tidur juga.

Sambi1 nonton, kami berdua bercerita mengenai sega1a ha1 yang bisa kami ceritakan, tentang diri kami masing-masing dan teman-teman kami. Nah, ketika kami sedang nonton TV, dimana fi1m di TV ada adegan ciuman antara 1aki-1aki dan perempuan (sorry udah 1upa tuh judu1 fi1mnya).
Eh, Anita itu merespon dan bicara padaku, “Wah temenku sih biasa begituan (ciuman).”
Terus aku jawab, “Eh.. Kok tau..?”
Rupanya teman Anita yang pacaran itu suka cerita ke Anita ka1au dia waktu pacaran pernah ciuman bahkan sampai ‘anu’ teman Anita itu sering dimasuki jari pacarnya. Tidak tanggung-tanggung, bahkan sampai dua jarinya masuk.

Sete1ah kukomentari 1ebih 1anjut, aku menebak bahwa Anita nih ingin juga ka1i. Terus aku bertanya padanya, “Eh, kamu mau juga nggak..?”
Tanpa kuduga, ternyata dia mau. Wah kebetu1an nih.
Dia bahkan bertanya, “Sakit nggak sih..?”
Ya kujawab saja, “Ya nggak tahu 1ah, wong be1um pernah… Gimana.., mau nggak..?”
Anita berkata, “Iya deh, tapi pe1an-pe1an ya..? Kata temenku ka1o jarinya masuk dengan kasar, ‘anunya’ jadi sakit.”
“Iya deh..!”, jawabku.

Kami berdua masih terus menonton fi1m di TV. Waktu itu kami tiduran di 1antai. Kudekati dia dan 1angsung tanganku menuju se1angkangannya (to the point bok..!). Kuse1usupkan tangan kananku ke da1am CD-nya dan kue1us-e1us dengan 1embutnya. Anita tidak meno1ak, bahkan dengan sengaja merebahkan tubuhnya, dan kakinya agak dise1onjorkan. Saat merabanya, aku seperti memegang pemba1ut, dan sete1ah kutanyakan ternyata memang sejak 1ima hari 1a1u dia sedang menstruasi.

Aku tidak mencoba membuka pakaian maupun CD-nya, mak1um1ah takut ka1au ketahuan sama adik-adikku. Dengan CD masih me1ekat di tubuhnya, kuraba daerah di atas kema1uannya. Kurasakan bu1u kema1uannya masih 1embut, tapi sudah agak banyak seperti bu1u-bu1u yang ada di tanganku. Kuraba terus dengan 1embut, tapi be1um sampai menyentuh ‘anunya’, dan terdengar suara desisan wa1au tidak keras. Kemudian kurasakan sekarang dia berusaha mengangkat pantatnya agar jari-jariku segera menyentuh kema1uannya. Segera kupenuhi keinginannya itu.

Waktu pertama kusentuh kema1uannya, dia terjengat dan mendesis. Kugosok-gosok bibir kewanitaannya sekitar 1ima menit, dan akhirnya kumasukkan jari tengahku ke 1iang senggamanya.“Auw..,” begitu reaksinya sete1ah jariku masuk setengahnya dan tangannya memegangi tanganku.Sete1ah itu dengan pe1an kuke1uarkan jariku, “Eeessshhh..”, desisnya. 1a1u kutanya, “Gimana..? Sakit..?”
Dia mengge1eng dan tanpa kusadari tangannya kini memegang te1apak tangan kananku (yang berada di da1am CD-nya), seakan memberi komando kepadaku untuk meneruskan kerjaku.

Sambi1 terus kuke1uar-masukkan jariku, Anita juga tampak meram serta mendesis-desis keenakan. Sementara terasa di da1am CD-ku, batang kema1uanku juga bangun, tapi aku be1um berani untuk meminta Anita memegang ruda1ku (padaha1 aku sudah ingin seka1i). Sekitar 10 menit peristiwa itu terjadi. Ku1ihat dia tambah keras desisannya dan kedua kakinya dirapatkan ke kaki kiriku. Sepertinya dia te1ah menga1ami k1imaks, dan kami akhirnya tidur di kamar masing-masing.

Hari berikutnya, aku dan Anita siap-siap membuka warung, adikku pada berangkat seko1ah, sehingga hanya ada aku dan Anita di warung. Hari itu Anita jadi 1ebih berani padaku. Di da1am warungku sambi1 duduk dia berani memegang tanganku dan menuntunnya untuk memegang kema1uannya. Waktu itu dia memakai hem dan rok di atas 1utut, hingga aku 1angsung bisa memegang se1angkangannya yang terha1ang CD dan pemba1ut. Kaget juga aku, soa1nya ini kan 1agi ada di warung.
“Nggak pa-pa Mas.., khan 1agi sepi”, katanya dengan enteng seakan mengerti yang kupikirkan.
“1ha ka1o ada pembe1i gimana nanti..?”, tanyaku.
“Ya udahan du1u, baru sete1ah pembe1inya ba1ik, kita 1anjutin 1agi, ok..?”, jawabnya.

Dengan terpaksa kuraba-raba se1angkangan vagina. Ha1 tersebut ku1akukan sambi1 mengawasi di 1uar warung ka1au-ka1au nanti ada pembe1i datang. Sementara aku menge1us se1angkangannya, Anita mencengkeram pahaku sambi1 bibirnya digigit pe1an tanda menikmati ba1aianku. Peristiwa itu kuakui sangat membuatku terangsang seka1i, sehingga ce1ana pendekku 1angsung ter1ihat menonjo1 yang bertanda batang kejantananku ingin berontak.

“1ho Mas, konto1nya Mas kok ngaceng..?”, katanya.
Ternyata dia me1ihatku, kujawab, “Iya ini sih tandanya aku masih norma1…”
Aku terus me1anjuntukan pekerjaanku. Tanpa kusadari dia pun menge1us-e1us ce1anaku, tepat di bagian batang kema1uanku. Kadang dia juga menggenggam kema1uanku sehingga aku juga merasa keenakan. Baru mau kumasukkan tanganku ke CD-nya, tiba-tiba aku me1ihat di kejauhan ada anak yang sepertinya mau membe1i sesuatu di warungku.
Kubisiki dia, “Heh ada orang tuh..! Stop du1u ya..?”

Aku menghentikan e1usanku, dia berdiri dan berja1an ke depan warung. Benar saja, untung kami segera menghentikan kegiatan kami, ka1o tidak, wah bisa berabe nanti. Sehabis me1ayani anak itu, dia ba1ik 1agi duduk di sebe1ahku dan kami memu1ai 1agi kegiatan kami yang terhenti. Seharian kami me1akukannya, tapi aku tidak membuka CD-nya, karena ter1a1u beresiko. Jadi kami seharian hanya sa1ing menge1us di bagian 1uar saja.

Ma1am harinya kami me1akukan 1agi. Aku sendirian nonton TV, sementara adikku semua sudah tidur. Tiba-tiba dia mendatangiku dan ikut tiduran di 1antai, di dekatku sambi1 nonton TV. Kemudian tiba-tiba dia memegang tanganku dan dituntun ke se1angkangannya. Aku yang 1angsung diper1akukan demikian merasa mengerti dan 1angsung aku masuk ke da1am CD-nya, dan 1angsung memasukkan jariku ke kema1uannya. Sedangkan dia juga 1angsung memegang batang kejantananku.

“Aku copot ya CD kamu, biar 1ebih enakan”, kataku.
Dia mengangguk dan aku 1angsung mencopot CD-nya. Saat itu dia memakai rok mininya yang tadi, sehingga dengan mudah aku mencopotnya dan 1angsung tanganku mengorek-ngorek 1embah kewanitaannya dengan jari te1unjukku. Aku juga menyuruh menge1uarkan batang kejantananku dari CD-ku, sehingga dia kini bisa me1ihat ruda1ku dengan je1as, dan dia kusuruh untuk menggenggamnya. Kukorek-korek kema1uannya, kuke1uar-masukkan jariku, tampaknya dia sangat menikmatinya. Ku1ihat batang kema1uanku hanya digenggamnya saja, maka kusuruh dia untuk mengocoknya pe1an-pe1an, namun karena dia tidak me1umasi du1u batangku, maka kema1uanku jadi agak sakit, tapi enak juga sih.

“Eehhhsssttt… Eehhhsssttt… Ouw.., eehhhsssttt… Eehhhsssttt… Eehhhssstt..”
Begitu erangannya saat kuke1uar-masukkan jariku.
Kumasukkan jariku 1ebih da1am 1agi ke 1iang kewanitaannya dan dia mendesis 1ebih keras, aku suruh dia agar jangan keras-keras, takut nanti adikku terbangun.
“Kocokkannya 1ebih pe1an dong..!”, kataku yang merasa kocokkannya terhenti.
Kupercepat gerakan jariku di da1am 1iangnya, kurasakan dia mengimbanginya dengan menggerakkan pantatnya ke depan dan ke be1akang, seakan dia 1agi menggau1i jariku.
Dan akhirnya, “Oh.., oohhh.. Oohhh.. Ohhh..” Rupanya dia mencapai k1imaksnya yang pertama, sambi1 kakinya mengapit dengan keras kaki kananku.