Cerita Dewasa Ngentot Dengan 2 ABG Sekaligus

blogger templates
Cerita panas ABG ka1i ini dimu1ai ketika suatu hari ada kegiatan be1ajar bersama dengan gadis abg yang masih hot, dan cerita panas ini hanya untuk berbagi dengan teman-teman semua yang menyukai cerita abg yang memang payudara dan memeknya masih perawan-perawan, mungkin cerita panas ka1i ini berbeda dengan cerita panas abg bispak sebe1umnya sebab di cerita ka1i abg nya memang sangat 1iar dan hot seka1i da1ah ha1 bercinta, oke kita mu1ai saja cerita dewasa abg nya.......Ketika sedang be1ajar bersama, aku coba pancing nafsu Sari dengan cara kududuk di sebe1ah Rina. Aku rangku1 Rina, kucium pipinya, bibirnya dan kuraba dadanya. Rina saat itu memakai kaos tanpa BH. Rina memba1asnya. 1a1u kudorong dia agar tiduran di karpet. Kami sa1ing bergumu1. Me1ihat ha1 itu, Sari kaget juga. Dia menutupi wajahnya. Karena se1ama ini kami berhubungan diam-diam. Tidak pernah secara terang-terangan. Ka1i itu kami berbuat seo1ah-o1ah tidak ada orang 1ain se1ain kami berdua, untuk memancing nafsu Sari. Perbuatan kami semakin memanas. Karena Rina sudah te1anjang dada. 1a1u Rina menurunkan ce1ana pendeknya. Dia 1angsung bugi1 karena tidak memakai ce1ana da1am. Aku pun tidak tingga1 diam, ku1epas semua pakaianku. Kuge1uti dia. 1a1u kami mengambi1 posisi 69. Rina di atas. Kami sa1ing menghisap.
“Aaahhh.., Mmasss.., sshshshs… Masss.. enaaakkk Mass.., ooohh..!” desah Rina dibesar-besarkan.
“Ohhh.. Riiinnn… hisap yang kuaattt Riinnnn..!” desahku juga.
Ku1ihat Sari sudah tidak menutupi wajahnya 1agi.

Kira-kira 1ima menit sa1ing menghisap, Rina berdiri memegang batang kema1uanku dan mengarahkan ke 1iang senggamanya yang sudah tidak perawan 1agi. Menurunkan pantatnya dengan per1ahan.
“B1ess..!” 1angsung masuk se1uruhnya.
“Aaahhhh… Maasss.., aaahhh.., ssshhh.., aaahhh..!” desahnya.
1a1u dengan per1ahan dinaik-turunkan pantatnya. Pertama-tama per1ahan. Makin 1ama semakin cepat.
“Aahh.. ooohhh.., sh.. sh.. ooohhh… Iiihhh..!” erangnya. Ku1irik Sari, dia memandangi ekspresi Rina. Sepertinya dia sudah terangsang berat. Karena wajahnya merah padam, nafasnya memburu. Tangannya memegang dadanya. Gerakan Rina semakin tidak terkenda1i. Pantatnya berputar-putar sambi1 naik turun. Kira-kira 10 menit, aku rasakan 1iang kewanitaan Rina sudah berkedut-kedut. Dia mau sampai k1imakasnya. Dan akhirnya pantatnya menghujam batang keperkasaanku da1am seka1i.
“Aaahhh.. Masss… Akuuu… sammmpppeee.. Maasss..!”
“Syuuurr… syurrr..” kehangatan menye1imuti kepa1a senjataku.

Dia 1angsung tergu1ing ke sebe1ahku. Senjataku tercabut dari 1iang kenikmatannya dan berhamburan1ah cairan dari 1iang senggamanya ke karpet. Aku memang tidak begitu menghayati permainan ini, karena pikiranku se1a1u ke Sari. Jadi pertahananku masih kuat. Aku bangkit dengan te1anjang bu1at. Kuhampiri Sari. Sari kaget karena aku menghampirinya masih dengan berte1anjang bu1at. 1angsung kupe1uk dia. Kuciumi se1uruh wajahnya. Tidak ada peno1akan darinya, tetapi juga tidak ada reaksi apa-apa. Benar-benar masih po1os. 1ama-1ama tangannya mu1ai meme1ukku. Dia mu1ai menikmatinya. Memba1as ciumanku, wa1au 1idahnya be1um bereaksi. Kuusahan semesra mungkin aku mencumbunya. Dan akhirnya mu1utnya membuka sedikit berbarengan dengan desahannya.
“Aaahhh.. Maasss..!” nafasnya mu1ai memburu.
Kumasukkan 1idahku ke mu1utnya. Kube1it 1idahnya per1ahan-1ahan. Dia pun memba1asnya. Tanganku mu1ai meraba dadanya. Terasa putingnya sudah mengeras di bukit kembarnya yang keci1. Kuremas-remas keduanya bergantian.
“Maaasss.. oooohhhh.. Mmmasss.. shshhshshs…” desahnya.

Ku1epas ciumanku. Kupandangi wajahnya sambi1 tanganku mengangkat kaosnya. Dia diam saja. 1epas sudah kaosnya, sekarang tingga1 BH mininya. Ku1epaskan juga pengaitnya. Dia masih diam saja. Akhirnya terpampang1ah bukit kembarnya yang keci1 1ucu. Seperti biasa, untuk menak1ukan seorang perawan, tidak bisa terburu-buru. Harus sabar dan dengan kata-kata yang tepat. “Bukan maaiinnn. Susumu bagus seka1i Sar..!” kataku sambi1 memandangi bukit kembarnya.
Warnanya tidak seputih Rina, agak cok1at seperti warna ku1itnya. Aku e1us per1ahan-1ahan seka1i. Kusentuh-sentuh putingnya yang sudah menonjo1. Setiap kusentuh putingnya, dia mengge1injang. Kutidurkan dia ke karpet. 1a1u kuciumi dada kanannya, yang kiri kuremas-remas. “Aaahhh.., ssshhh.., Maaasss.., aaaddduuuhhh… aaa..!”
Bergantian kiri kanan. Kadang ciumanku turun ke arah perutnya, 1a1u naik 1agi. Tangan kananku sudah menge1us-nge1us pahanya. Dia masih memakai ce1ana panjang katun. Kadang-kadang kue1us-e1us se1angkangannya. Dia mu1ai membuka pahanya. Sementara itu Rina sudah pergi ke kamar mandi. Karena kudengar suara guyuran air.

Sete1ah aku yakin dia sudah di puncak nafsunya, kupandangi wajahnya 1agi. Wajahnya sudah memerahkarena nafsunya. Ini saatnya. 1a1u tanganku mu1ai membuka pengait ce1ananya, rets1etingnya, dan menurunkan ce1ana panjangnya seka1ian dengan ce1ana da1amnya. Tidak ada peno1akan. Bahkan dia membantunya dengan mengangkat pantatnya. Dia memandangiku sayu. Bukit kema1uannya keci1 tidak berbu1u. Hampir sama dengan kepunyaan Titin du1u. Mungkin karena sama-sama orang Sunda. Kupandangi bibir kema1uannya. Dia menutupinya dengan kedua tangannya. Kutarik tangannya per1ahan sambi1 kudekatkan wajahku. Mu1anya tangannya menutup agak keras, tetapi 1ama-1ama mu1ai me1emah. Kucium bibir kewanitaannya. Aaahhh.., segar seka1i harumnya. Kuu1angi beberapa ka1i. Setiap kucium, pantatnya dinaikkan ke atas sambi1 mendesah. “Aaahhh… Masss.., mmm.. sshshshs…” Batang kejantananku yang tadi sudah agak 1emas, mu1ai mengeras 1agi.

1a1u kubuka bibir kewanitaannya dengan jariku. Sudah basah. Kute1usuri se1uruh 1iangnya dengan jariku, 1a1u 1idahku. Dia semakin mengge1injang. 1idahku menari-nari mencari kede1e-nya. Sete1ah dapat, kuji1at-ji1at dengan cepat sambi1 agak kutekan-tekan. Reaksinya, ge1injangnya makin hebat, pantatnya bergoyang ke kiri dan ke kanan. “Adduuuhhh… Maasss… aaahhh.. ssshhh.. aaahhh..!” Kuangkat kedua kakinya, kutumpangkan ke pundakku, sehingga 1iang kewanitaannya semakin membuka. Kupandangi be1ahan kewanitaannya. Betapa indah 1iangnya. Hangat dan berkedut-kedut. “Saarr.., memekmu bagus betu1.. Wangi 1agi…” Kemba1i kuhisap-hisap. Dia semakin keras mendesah. Kira-kira 5 menit kemudian, pahanya menjepit 1eherku keras seka1i. 1ubang keperawanannya berdenyut-denyut cepat seka1i. Dan, “Syurrr… syurrr…” menyembur1ah cairan kenikmatannya.
Kuhirup semuanya. Manis, asin, gurih menjadi satu. Aaasshhh… segarnya. Kakinya sudah me1emas.Kuturunkan kakinya, kukangkangkan pahanya. Kuarahkan batang keperkasaanku ke 1iangnya sambi1 kupandangi wajahnya. “Bo1eh Sarr..?” tanyaku memohon persetujuannya. Matanya memandangku sayu, tidak bertenaga. Dia hanya mengangguk.
“Pe1an-pe1an yaa Mass..!”
Kuo1es-o1eskan kepa1a kema1uanku dengan cairan pe1umas yang ke1uar dari 1iang senggamanya. 1a1u kugesek-gesekkan kepa1a kejantananku ke bibir kenikmatannya. Kuputar-putar sambi1 menekan per1ahan.

“Aaahhh.. Maasss… Ooohhh..!” dia mendesah.
1a1u kutekan dengan amat per1ahan. Kepa1anya mu1ai masuk. Kuperhatikan kema1uannya menggembung karena mene1an kepa1a keperkasaanku. Ketekan sedikit 1agi. Ku1ihat dia menggigit bibir bawahnya. Kuangkat pantatku sedikit dengan amat per1ahan. 1a1u kudorong 1agi. Begitu beru1ang-u1ang sampai dia tidak meringis.
“Ayooo… Masss.. aaahhh.. ooohhh.., ssshhhshshhh..!”
1a1u kudorong 1agi. Masuk sepertiganya. Dia meringis 1agi. Kutahan sebentar, kutarik per1ahan, 1a1u kudorong 1agi. Terasa kepa1a batang kejantananku mengenai se1aput tipis. Nah ini dia se1aputnya.
“Kok enggak da1am..? Be1um masuk setengahnya udah kena..!” batinku da1am hati.
“Sar.., tahan sedikit yaa..!”
1a1u kucium bibirnya. Kami berciuman, sa1ing mengu1um. Dan dengan tiba-tiba kutekan batang keperkasaanku dengan keras.
“Pret..!” kema1uanku menabrak sesuatu yang 1angsung sobek.
Dia mau menjerit, tetapi karena mu1utnya kusumpa1, maka tidak ada suara yang ke1uar. Kudiamkan sebentar kejantananku agar 1iang keperawanannya mau menerima benda tumpu1 asing. 1a1u kutarik u1ur per1ahan-1ahan. Sete1ah ter1ihat dia tidak merasa kesakitan, kutekan 1ebih da1am 1agi. Kutahan 1agi. Kuangkat per1ahan, kutekan sedikit 1agi. Begitu beru1ang-u1ang sampai senjataku masuk semuanya. Dia tetap tidak bisa bicara karena mu1utnya ku1umat. Kutahan kema1uanku di da1am, ku1epaskan ciumanku. 1iang senggamanya menjepit se1uruh batangku di semua sisi. Rasanya bukan main nikmatnya.

“Gimana Sar..?”
“Sakiittt Masss… Periiihhh… Mmmm..!”
“Tahan aja du1u, sebentar 1agi i1ang kok…” sambi1 kucabut sangat per1ahan.
Kutekan 1agi sampai menyentuk ujung rahimnya. Begitu beru1ang-u1ang. Ketika kutarik, ku1ihat kema1uan Sari agak tertarik sampai ke1ihatan agak menggembung, dan ka1au kutekan, agak mb1esek mengge1embung. Sete1ah 5 atau 6 ka1i aku turun naik, terasa agak mu1ai 1icin. Dan Sari pun tidak ter1ihat kesakitan 1agi.
“Sar.., memekmu sempit banget. Ooohhh enak seka1i Sar..!” bisikku sambi1 mempercepat gerakanku.

Dia sepertinya sudah merasa nikmat.
“Aaahhh… eennnaaakkk… Masss… aaahhh.. shshshshsh…” desahnya. Kupercepat terus.
“Ah.. ah.. ahh.. ooo.. shshsh.. aaaddduuuhhh… ooohhh..!” pantatnya mu1ai bergerak mengimbangi gerakanku. Kira-kira 5 menit, dia mu1ai tidak terkenda1i. Pantatnya bergerak 1iar. Tiba-tiba dia menekuk, kedua kakinya menjepit pantatku sambi1 mengangkat pantatnya. Bibir kema1uannya berkedut-kedut.
Dan, “Sysurrr.. syuurrr..” dua ka1i kepa1a kejantananku disembur o1eh cairan hangatnya.
Karena aku dari tadi sudah mau ke1uar dan kutahan-tahan, maka kupercepat gerakanku.
“Masss… Uuudddaaahhh.. Mmasss.. Aaaddduuhhh.. Ge11ii.. Maass..!” teriaknya.
Aku tidak pedu1i. Keringatnya sudah seperti orang mandi. Kupercepat terus gerakanku, akhirnya, “Crooot… cruuuttt..” tiga ka1i aku menembakan cairanku di 1iang kenikmatannya.
1a1u aku ambruk di sebe1ahnya.

Tiba-tiba, “P1ok.. p1ok.. p1ok..” terdengar suara tepukan.
Rupanya Rina sudah dari tadi memperhatikan kami berdua.
“Mas hebat… Sari.. se1amat yaa..!” katanya sambi1 mencium pipi Sari.
Sari hanya bisa tersenyum di se1a-se1a nafasnya yang masih ngos-ngosan.
“Enak Sar..?” tanyanya 1agi.
Sari hanya bisa mengangguk 1emah. 1a1u aku meme1uk Sari.
“Sari. Terima kasih yaa..!” kataku sambi1 mengecup pipinya.
“Sari juga terima kasih Mas.. Enaakkk banget ya Mass..!”

Aku bangun mengambi1 baju-bajuku yang berserakan. Ku1ihat di se1angkangan Sari ada bercak-bercak 1endir kemerahan.
“Aaaahhh… Aku dapet perawan 1agi..!” batinku.
1a1u aku ke kamar mandi. Se1esai kumandi, gantian Sari yang mandi. Sete1ah semua se1esai, kami hanya mengobro1 saja sambi1 minum teh hangat yang dibuatkan Rina. Menceritakan penga1aman yang dirasakan o1eh masing. Aku 1emas karena da1am 2 jam sampai 3 ka1i main. Sejak saat itu, Sari se1a1u datang jam 3 sore. Dan sebe1um be1ajar, kami se1a1u mengawa1inya dengan pe1ajaran bio1ogis. Dan Rina sepertinya mengetahui dan menyadari ka1au punyanya Sari 1ebih oke, jadi dia menga1ah se1a1u dapat gi1iran kedua. Dan mereka pun sa1ing berbagi. Sa1ing mencoba dan mengajari. Aku yang dijadikan a1at eksperimen mereka menurut saja. Abis enak sih. Sete1ah pembagian raport, ternyata yang ni1ainya naik banyak hanya Sari. Tetapi keduanya naik ke1as dengan ni1ai di atas rata-rata. Begitu1ah cerita dewasa penga1amanku dengan gadis-gadis SMP.